PIKIRAN RAKYAT - Masyarakat Jawa Barat dinilai masih belum bisa memenuhi kebutuhan bawang putih secara mandiri. Pasalnya, sebanyak 95 persen bawang putih yang diperjualbelikan dan dikonsumsi selama ini merupakan hasil impor dari Tiongkok.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri pada Dinas Indag Provinsi Jawa Barat Eem Sujaemah mengatakan, masih diandalkannya bawang impor menjadi salah satu alasan belum terwujudnya upaya pemenuhan secara swasembada dari tingkat petani lokal.
Setidaknya impor dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan industri rumah tangga sebanyak 2.860 ton setiap tahunnya.
”Kalaupun ada yang menanam di sini, itu penanaman bekerjasama petani lokal dengan importir. Belum secara mandiri dikelola petani lokal,” ujar Eem, ditemui pada kegiatan Operasi Pasar Bawang Putih, di Pasar Induk, Kamis, 27 Februari 2020.
Hal tersebut, akhirnya menjadi salah satu faktor kurangnya pasokan dan terjadinya kenaikan harga bawang putih. Apalagi, sejak beberapa waktu lalu proses impor terhambat akibat munculnya virus corona.
Menurut Eem, perkembangan virus tersebut turut menjadi kekhawatiran bagi banyak pihak yang mengandalkan impor barang dari Tiongkok.
Akan tetapi, Eem menegaskan, menurunnya pasokan barang tidak bisa dikaitkan dengan penyebaran virus corona.
Lebih lanjut dikatakan, akhirnya pemerintah provinsi pun mengambil langkah untuk berkoordinasi dengan distributor dan pedagang pasar.