PIKIRAN RAKYAT - JENIS pohon bonsai dari Kabupaten Sumedang, banyak diminati dan dipuji para pebonsai dari luar negeri. Tak sedikit, bonsai dari jenis pohon lokal Sumedang laku sampai ke Malaysia, Philipina, India, dan Brunai Darussalam. Hargapun bisa menembus puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Beberapa jenis pohon lokal Sumedang yang banyak ditemui di hutan di wilayah Kabupaten Sumedang, seperti serut, gulo gumantung, gandarukem, klampis, pung, beringin, kemuning lokal, kaliage (sisir), mentaos, dan bungur.
“Semua jenis pohon lokal dari Sumedang ini unggul di kelas internasional, bahkan banyak pebonsai dari luar negeri yang mengapresiasi. Kecuali santigi. Kalau santigi, kan harus dari pantai. Sedangkan Sumedang nggak punya pantai,” kata Ketua Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Kabupaten Sumedang Agus Wahidin ketika ditemui di kebunnya di Jalan Pagar Betis, Desa Baginda, Kec. Sumedang Selatan, Senin 8 Juni 2020.
Baca Juga: Derita Pelecehan Rasial Saat Kecil di Inggris, Aktor Ini Terus Beraksi Protes Pembunuhan Floyd
Menurut Agus, jenis pohon asal Sumedang yang bisa dibonsaikan tersebut, sebagian dari 121 jenis pohon bonsai di Indonesia yang tercatat di PPBI. Berbagai jenis pohon tersebut, cukup banyak dicari dan ditemui di hutan di wilayah Kabupaten Sumedang, terutama di daerah Jatigede. Jenis pohon tersebut bisa dijadikan bahan untuk dikreasikan menjadi bonsai yang memiliki nilai seni tinggi dan menguntungkan hingga mampu menghasilkan uang yang cukup besar.
“Semua jenis pohon bonsai itu profitable. Semua jenis pohon bonsai menguntungkan kalau memenuhi kaidah bonsai, nilai estetikanya tinggi dan layak kontes. Jadi kalau secara optik dan anatominya bagus, pasti bonsainya mahal, Alhamdulillah bonsai dari Sumedang, tak hanya laku di tingkat nasional saja, tapi sampai ke India, Malaysia, Brunai Darussalam, dan Philipina,” ucap Agus.
Baca Juga: Dua Hari Jelang Adaptasi Kebiasaan Baru, Pelayanan Publik Sukabumi Masih Sepi
Bahan dasar untuk pembuatan bonsai, kata dia, yakni dari tunggul pohon. Bahkan tunggul pohon yang sudah tidak terpakai dan hanya sekedar untuk kayu bakar, bisa dimanfaatkan menjadi bonsai yang bernilai seni dan menghasilkan rupiah.
“Filisofinya merubah sampah menjadi rupiah. Pohon yang sudah tidak berguna, oleh para pebonsai dimanfaatkan dengan diurus dan ditata dengan apik, hingga bernilai seni tinggi dan menghasilkan rupiah yang luar biasa besarnya,” katanya.
Lebih jauh Agus menjelaskan, bonsai salah satu hobi di masyarakat yang pangsa pasarnya cukup luas hingga ke luar negeri. Budidaya bonsai kini masuk usaha ekonomi kreatif. Bahkan yang tadinya sekedar untuk mendapatkan penghasilan tambahan, menjadi penghasilan pokok.