kievskiy.org

Situ Gunung Sukabumi: Kisah Mbah Jalun yang Sering Diceritakan Turun-temurun

Suasana Situ Gunung di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Senin (23/5/2022). Situ Gunung lekat de­ngan tokoh legenda rakyat bernama Mbah Jalun yang konon merupakan bangsawan dari Kerajaan Mataram.
Suasana Situ Gunung di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Senin (23/5/2022). Situ Gunung lekat de­ngan tokoh legenda rakyat bernama Mbah Jalun yang konon merupakan bangsawan dari Kerajaan Mataram. /Pikiran Rakyat/Herland Heryadi

PIKIRAN RAKYAT - Sebuah danau di ketinggian sekitar 1.050 mdpl dengan luas sekitar 17 hektare ini, menjadi tujuan favorit wisata. Danau itu bernama Situ Gunung. Lokasinya ada di kaki Gunung Gede Pangrango yang secara administratif masuk wilayah Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi.

Situ Gunung kerap dikunjungi wisatawan yang ingin berkemah di hutan dengan suasana gunung dan danau, mirip seperti Ranu Kumbolo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jateng.

Situ Gunung berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Sukabumi. Ketika lalu lintas normal, cukup ditemput dalam waktu 45 menit menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua.

Apabila macet, waktu tempuh tak pasti. Maklum, ada objek wisata primadona yang hari ini sedang hype di sebelah Situ Gunung, yakni suspension bridge alias jembatan gantung.

Baca Juga: Bahaya Limbah Makanan, Perburuk Kelaparan di Dunia dan Sumbang Emisi Gas Rumah Kaca

Keberadaan Situ Gunung juga lekat dengan sosok legenda yang dikisahkan dari mulut ke mulut oleh warga setempat. Sosok itu adalah Raden Rangga Jagad Syahdana atau dikenal dengan julukan Jaka Lulunta dan sohor sebagai Mbah Jalun.

Nama Jaka Lulunta diambil lantaran sosok yang sakti mandraguna itu tengah melarikan diri dari kejaran Belanda. Lalu, bersembunyi di Situ Gunung dan membangun peradaban.

Kepala Resor Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Situ Gunung, Asep Suganda yang telah bertugas 20 tahun di sana mengatakan, menurut sesepuh Kadudampit yaitu Abah Oji (wafat tahun 2019), Mbah Jalun dikenal karena telah membangun bendungan Situ Gunung untuk menampung air. Airnya dialirkan untuk mengairi permukiman di bawahnya.

"Abah Oji bercerita, Mbah Jalun berada di Situ Gunung sekitar tahun 1770-1841. Kabarnya, Mbah Jalun pernah tertangkap oleh Belanda pada 1839 dan akan dihukum gantung di Alun-alun Cisaat. Namun, Mbah Jalun berhasil lolos,” kata Asep Suganda kepada kontributor "PR" Herlan Heryadie.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat