kievskiy.org

Jelang Idul Adha, Perajin Tusuk Sate Dibanjiri Pesanan

Seorang perajin tusuk sate di Kelurahan Babakanjawa, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka tengah mengemas tusuk sate buatannya untuk dikirim ke pasar tradisional di sejumlah pasar di Majalengka, Senin 4 Juli 2022.
Seorang perajin tusuk sate di Kelurahan Babakanjawa, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka tengah mengemas tusuk sate buatannya untuk dikirim ke pasar tradisional di sejumlah pasar di Majalengka, Senin 4 Juli 2022. /Kabar Cirenon/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Jelang Idul Adha, perajin tusuk sate tradisional di Blok Pancurendang Tonggoh, Kelurahan Babakanjawa, banjir pesanan, tiga minggu sebelum hari H para perajin setidaknya harus mampu membuat tusuk sate hingga 50 ikat tusuk sate.

Tiah dan Dimong, dua warga asal Babakanjawa ini setiap harinya mulai pagi pukul 7.00 WIB hingga sore hari menjelang asar terus memotong bambu tali untuk dibuat tusuk sate.

Jenis tusuk sate buatan mereka tidak sehalus buatan pabrik, kondisinya masih banyak serat dan ukurannya pun tidak merata ada yang sangat kecil ada pula yang lebih besar. Maklum pembuatannya dilakukan dengan tangan dan pisau dapur, terkecuali ketika memotong dan membelah bambu.

Runcingnya tusukan pun tidak merata, namun bisa digunakan untuk menusuk daging sekenyal apa pun, terlebih bagian luar bambu atau orang Sunda menyebut bagian hinis.

Baca Juga: Link Streaming Indosiar, Nonton Siaran Langsung Timnas Indonesia vs Brunei di Piala AFF U19

Di Pancurendang Tonggoh hampir satu kampung menjadi perajin tusuk sate, pasarnya dikirim ke sejumlah pasar tradisional seperti Cigasong, Kadipaten, Ciborelang, Maja, Talaga, Jatitujuh, dan sejumlah pasar tradisional lainnya, dan saat jelang Idul Adha atau Lebaran Idul Fitri pesanan biasa meningkat hingga hampir 100 persen.

Tiah sendiri mengaku setiap hari harus mampu memenuhi pesanan pelanggannya, minimal dia harus membuat 40 hingga 50 ikat tusuk sate dengan harga jual per ikat seharga Rp5.000.

Tidak jelas berapa batang tusuk untuk setiap ikatnya, dia hanya mengukur genggaman kedua tangganya. Setelah itu dia langsung mengikatnya dengan karet.

“Kalau ikatan mah dikira-kira saja tidak dihitung jumlah, karena bakal lama. Selama menghitung tusukan bisa membuat puluhan tusuk. Jadi ya pasti jumlahnya tidak sama karena ikatan dikira-kira saja,” ungkap Tiah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat