kievskiy.org

Wabah Virus Corona Mendera, Usaha Konveksi Pakaian Merana

Ilustrasi. Penjahit mengerjakan pekerjaannya di salah satu konveksi kaos di Jalan Manisi, Kota Bandung, Senin (13/4/2020). UMKM diusulkan memperoleh kemudahan kredit di tengah pandemi Covid-19.*
Ilustrasi. Penjahit mengerjakan pekerjaannya di salah satu konveksi kaos di Jalan Manisi, Kota Bandung, Senin (13/4/2020). UMKM diusulkan memperoleh kemudahan kredit di tengah pandemi Covid-19.* /Pikiran-Rakyat.com/Arif Hidayah

PIKIRAN RAKYAT - Pagebluk Covid-19 menjadi masa paling suram bagi M Soultan Gilang Karyana, pengusaha konveksi pakaian asal Desa Ciherang, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur. Bagaimana tidak, omset usaha yang dirintisnya sejak 2009 menurun dengan sejumlah order atau pesanan dibatalkan. 

"Penurunan omset kurang lebih sekitar 20-30 persen," kata pria 35 tahun tersebut saat dihubungi, Rabu 24 Juni 2020.

Padahal dari usaha konveksinya, omset bisa mencapai Rp 100 juta perbulan saat kondisi normal atau sebelum munculnya wabah. Usaha pakaian yang diberi nama olehnya Konveksi Az-Zahra itu juga biasa melayani pesanan seragam/pakaian siswa sekolah berupa‎ kaos olah raga, seragam putih abu, pakaian pramuka, jas almamater, seragam jurusan, batik, baju koko.

Baca Juga: Diduga Tersisih, Macan Tutul 'Si Abah' Akan Dibawa ke Kebun Binatang Bandung

"Paling banyak order kaos olahraga," ucapnya.

Ia memperoleh bahan kain dari Pasar Baru Jalan Otto Iskandardinata, Jalan Tamin, Cigondewah di Kota Bandung.

Dalam sebulan,  Gilang bisa berbelanja kain  hingga ‎ 20 rol (25 kilogram/rol) yang diproses menjadi 1000 stel seragam olahraga, ‎ 100 kayu (25 meter/kayu) jadi 1000 stel seragam Pramuka/putih abu dan ‎ 500 rol (30 yard/rol) menjadi 1000 pakaian  batik. Namun, masa keemasan usaha tersebut kini terganjal pandemi yang melanda.‎ Usaha Gilang tambah sulit lantaran adanya Pembatasan Sosal Berskala Besar (PSBB) beberapa waktu lalu. ‎

Baca Juga: Curhat Soal Hubungannya dengan Aurel-Azriel, Ashanty: Aku Tidak Boleh Menggantikan Mamanya

"Order susah, belanja bahan tidak bisa, pergerakan orang dibatasi. Ini kondisi horor selama kami menjalani usaha dari 2009," tuturnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat