kievskiy.org

BMKG: Gempa Susulan di Cianjur Masih Ada, Tapi Semakin Rendah

Dampak gempa Cianjur.
Dampak gempa Cianjur. /Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto

PIKIRAN RAKYAT - Korban meninggal akibat gempa bumi di Kabupaten Cianjur bertambah satu orang setelah ditemukan dalam proses evakuasi korban, kini bertambah menjadi 272 orang, korban bertambah 1 atas nama Nining (65) warga Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang.

Sementara untuk luka-luka ada sebanyak 2.046 orang, untuk rumah rusak akibat gempa sebanyak 56.311 rumah rusak, berat sedang ringan.

Sementara korban meninggal yang dapat diidentifikasi by name by address ada 165 jenazah.

Namun yang digali datanya ada 107 jenazah (masih di identifikasi) sementara untuk Korban hilang menjadi 36 orang.

Baca Juga: Kisah Duka Pengungsi Gempa Cianjur, dari Tiap Hari Makan Mi, hingga Mengungsi di Kandang Domba

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyatakan, kejadian gempa yang terjadi memang masih ada, namun gempanya semakin melemah.

"Gempa masih ada tapi semakin lemah, ini diharapkan 4 sampai satu minggu kedepan mulai stabil," katanya saat Konferensi Pers di Pendopo Pemkab Cianjur, Kamis 24 November 2022.

Ia mengatakan, yang perlu diwaspadai saat ini terkait dengan potensi curah hujan yang meningkat di bulan Desember nanti.

"Bahkan sampai di januari 2023 dan yang dikhawatirkan saat ini longsor dan banjir bandang," katanya.

Ia menuturkan, setelah melihat kondisi di lapangan, masih banyak tenda yang didirikan dekat dengan pinggiran tebing sehingga dapat membahayakan para pengungsi.

Baca Juga: Dituduh Selingkuh hingga Anak Diminta Tes DNA, Nathalie Holscher Buka Suara

"Kami melihat ada tenda didirikan, tenda harusnya jangan terlalu dekat dengan pinggir lembah semakin ke arah lapang semakin aman, jangan terlalu dekat dengan lereng karena hujan bisa jadi longsor hati-hati kalau menentukan tempat," tuturnya.

Dwikorawati mengatakan, berdasarkan pengamatan di lapangan data semakin terkumpul dan banyak kerusakan.

"Selain berada diatas episenter, namun yang signifikan adalah konstruksi bangunan, kondisi tanah itu tidak begitu penting seandainya nanti akan dibangun kembali dengan kondisi tersebut masih bisa di lokasi yang sama karena kondisi tanah tidak terlalu penting mengontrol namun yang penting jarak episenter," katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat