PIKIRAN RAKYAT - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono berujar, sebelum gempa bermagnitudo 4,8 pada Ahad, 31 Desember 2023, Sumedang pernah diguncang gempa bumi besar. Gempa bumi besar itu terjadi pada 19 Desember 1972 dengan magnitudo 4,5.
"Gempa kerak dangkal saat itu menyebabkan kerusakan banyak bangunan rumah dan longsoran di Cibunar, Rancakalong, Sumedang, Jawa Barat," tutur Daryono, Senin, 1 Januari 2024.
Kerusakan yang terjadi akibat gempa Sumedang 1972 itu lantaran kedalaman gempa yang sangat dangkal, cuma 5 kilometer. Gempa sangat dangkal itu menjadi percepatan getaran tanah di permukaan tanah masih sangat kuat, hingga memicu guncangan sangat kuat.
Disampaikannya, banyak bangunan dengan kualitas rendah serta kondisi tanah yang lunak bisa menguatkan guncangan gempa.
Gempa Sumedang terbaru
Daryono mengungkapkan, terjadi dua kali gempa susulan setelah gempa magnitudo 4,8 pada Ahad malam WIB.
"Setelah gempa merusak Sumedang bermagnitudo 4,8 tadi malam, hingga siang ini hanya terjadi dua kali gempa susulan, magnitudo kecil, tidak dirasakan, yaitu gempa keempat magnitudo 2,9 pukul 23.23 WIB, kedalaman 7 kilometer dan gempa kelima magnitudo 2,4 pukul 3.47 WIB kedalaman 5 kilometer," ucap dia.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG itu memastikan, gempa susulan itu tak dirasakan dan tidak menimbulkan kerusakan. Gempa Sumedang merupakan shallow crustal earthquake atau gempa bumi kerak dangkal, dipicu aktivitas sesar aktif.
Pada Ahad, gempa yang dirasakan terjadi tiga kali, yakni pada pukul 14.35 WIB bermagnitudo 4,1, pukul 15.38 WIB bermagnitudo 3,4, serta pukul 20.34 WIB bermagnitudo 4,8. Daryono berujar, gempa Sumedang diduga berasosiasi dengan terusan dari sesar Cileunyi-Tanjungsari.
Guncangan gempa Sumedang pada Ahad sore dan malam WIB terasa di kantor Pikiran Rakyat Media Network, Jalan Asia Afrika Nomor 75, Bandung, Jawa Barat. Kabar gempa Sumedang bahkan ramai dibicarakan di media sosial, X.