kievskiy.org

Teks Ceramah Ramadhan 2022, Pentingnya Menjaga Lisan dalam Ajaran Islam

Ilustrasi menjaga lisan dalam Islam.
Ilustrasi menjaga lisan dalam Islam. /PIXABAY

PIKIRAN RAKYAT - Dalam Ilmu komunikasi, lisan merupakan salah satu unsur penting untuk dapat melakukan komunikasi tatap muka. Lisan merupakan indera manusia yang paling mudah untuk dapat menyampaikan pesan dan informasi. Melalui lisan, penyampaian pesan dapat menjadi efektif. Rasullulah SAW bahkan menyampaikan mukjizat paling besarnya melalui lisan, yakni Al-Qur’an. Turunnya Al-Qur’an melalui perantara malaikat jibril yang kemudian dilisankan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya untuk diingat dan diamalkan. Dari lisanlah bisa datang sebuah kebaikan, petunjuk bagi umat manusia di dunia.

Surah Al-A’raf (7:203) menjelaskan bahwa Rasulullah SAW memiliki kejujuran dalam menyampaikan lisannya. “Dan apabila engkau (Muhammad) tidak membacakan suatu ayat kepada mereka, mereka berkata mengapa tidak engkau buat sendiri ayat itu? Katakanlah (Muhammad) sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. (Al-Qur’an) ini adalah bukti nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki kekurangan karena tidak bisa membaca dan menulis, namun lisannya merupakan penyampai petunjuk dan kabar gembira yang hingga saat ini dijadikan pedoman bagi umat muslim dalam beribadah. Turunnya Al-Qur’an tidak selayaknya sebuah buku yang jatuh dari langit atau wahyu yang langsung seluruhnya disampaikan. Namun setiap ayatnya turun sedikit demi sedikit agar para sahabat mudah menghafal serta memahami ayat-ayatnya dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penelitian berjudul Konsep Wahyu Al-Qur’an Dalam Perspektif Nasr Hamid Abu Zaid yang ditulis Khoridatul Mudhiah pada tahun 2015 menyatakan bahwa di dalam Al-Qur’an, wahyu memperoleh tempat yang sangat khusus, diperlakukan secara istimewa dan misterius sehingga tidak dapat diungkap oleh pikiran manusia biasa. Untuk itulah diperlukan perantara manusia istimewa yakni Nabi. Dalam Islam, wahyu artinya perkataan Tuhan yang pada hakikatnya merupakan konsep linguistik. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsep lisan dalam Islam merupakan unsur penting yang diberikan pada para Nabi dengan kemampuan istimewa dalam menyampaikan petunjuk dari Allah SWT kepada makhluk-Nya.

Pentingnya lisan dalam ajaran Islam, memberikan petunjuk bahwa setiap pahala dan dosa bisa berasal dari lisan manusia. Melalui kemudahan lisan, manusia dapat dengan mudah mendapat pahala maupun dosa. Tak salah jika para guru mengajarkan muridnya untuk menjaga lisannya dengan sopan santun dan berdasarkan kebenaran. Bahkan dari lisan inilah para sahabat seperti Abu Bakar mendapatkan gelar As Shiddiq, ketika bersaksi bahwa apa yang dikatakan Rasulullah SAW mengenai Isra Miraj adalah suatu kebenaran. Namun dari lisan pula lah Abu Lahab dan para pembenci ajaran Islam kala itu menyebarkan fitnah mengenai Rasulullah SAW. Azab bagi mereka yang menggunakan lisan mereka untuk menyebarkan kebohongan.

Surah An-Nisa’ (4:114), Allah SWT berfirman “tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar”.

Di bulan Ramadhan, Allah SWT telah memberikan latihan bagi umat muslim dalam mengendalikan hawa nafsu. Tidak hanya menahan lapar dan dahaga, ibadah puasa juga menahan dari segala perbuatan yang merusak termasuk melalui lisan. Dari lisan seorang muslim dapat dengan mudah terhapus berkah dalam ibadahnya. Berkata tidak baik, bergosip, menyampaikan kebohongan, bergunjing, bahkan menggunakan lisannya untuk mencelakakan saudaranya sendiri.

Dari lisan inilah seharusnya terucap kata-kata baik, amanah, dan bermanfaat. Tantangan bagi umat muslim saat ini karena semakin mudahnya teknologi yang memudahkan bagi manusia untuk berkomunikasi. Dengan kemajuan teknologi dan media sosial, maka semakin mudahnya juga seseorang mendapatkan pahala yang mengalir dengan menyampaikan kebenaran dan kebaikan, juga semakin mudahnya seseorang mendapatkan dosa berlipat ganda karena menyampaikan kebohongan dan keburukan. Semoga umat muslim menyadari bahwa lisan merupakan harta yang paling berharga dan dapat juga menjadi senjata yang mematikan bagi orang lain dan diri sendiri.*** (Firmansyah, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat