kievskiy.org

KH Abdul Chalim: Pendiri NU dari Tatar Sunda

KH Abdul Chalim yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada Jumat, 10 November 2023 lalu.
KH Abdul Chalim yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada Jumat, 10 November 2023 lalu. /Antara/HO Pemprov Jabar

PIKIRAN RAKYAT - Bersyukur pada Jumat, 10 November 2023, kembali ada tokoh pejuang dari Provinsi Jawa Barat yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, yakni K.H. Abdul Chalim. Tokoh asal Leuwimunding, Kabupaten Majalengka ini ditetapkan sebagai pahlawan nasional bersama-sama dengan 5 tokoh pejuang lainnya, yakni Ida Dewa Agung Jambe (Bali), Bataha Santiago (Sulawesi Utara), M. Tabrani (Jawa Timur), Ratu Kalinyamat (Jawa Tengah), dan K.H. Ahmad Hanafiah (Lampung).

Penetapan Abdul Chalim sebagai Pahlawan Nasional pada dasarnya merupakan jawaban atas usulan lima orang calon pahlawan nasional yang diajukan Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Provinsi Jawa Barat tahun 2023.

Empat orang calon pahlawan nasional lainnya yang diajukan TP2GD Provinsi Jawa Barat bersama-sama dengan K.H. Abdul Chalim, adalah, K.H. Sholeh Iskandar (Kota Bogor), K.H. Ma’mun Nawawi (Kabupaten Bekasi), Inggit Garnasih (Kota Bandung), dan Mochtar Kusumaatmadja (Kota Bandung). Khusus Mochtar Kusumaatmadja merupakan pengusulan ulang dari usulan yang diajukan pada 2022. Sementara, Inggit Garnasih merupakan calon pahlawan nasional yang juga diusulkan kembali atas permintaan Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri.

Biografi

Abdul Chalim lahir pada 2 Juni 1898 dari pasangan Kedung Wangsagama dengan Satimah di Desa Leuwimunding, Kabupaten Majalengka. Mengawali masa-masa menimba ilmu, Abdul Chalim menjadikan Pesantren Banda sebagai tempat pertama memperdalam ilmu agama. Selepas menimba ilmu di Pesantren Banda, Abdul Chalim belajar di Pondok Pesantren Al Fattah Trajaya, dan Pondok Pesantren Nurul Huda Al-Ma’arif, Pajajar.

Baca Juga: KH Abdul Chalim Diusulkan Jadi Nama Bandara BIJB Usai Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Aktivitas Abdul Chalim menimba ilmu agama di berbagai pesantren di tanah air, tampaknya tidak menyurutkan keinginan Abdul Chalim untuk belajar ilmu agama di Hijaz. Dalam usia relatif masih sangat muda, pada 1914, sambil melaksanakan ibadah haji, Abdul Chalim berangkat ke tanah Hijaz untuk memperdalam ilmu agama. Masa belajar Abdul Chalim di Hijaz relatif tidak berlangsung lama.

Meletusnya Perang Dunia I pada 1914 menyebabkan Abdul Chalim harus menghentikan waktu belajarnya di Hijaz. Sekembalinya dari Hijaz, setelah beberapa saat menjalani kehidupan di Leuwimunding, Abdul Chalim teringat pada kawan sekaligus gurunya, Abdul Wahab Hasbullah (AWH), yang bermukim di Surabaya.

Setelah menempuh perjalanan dengan berjalan kaki selama kurang lebih 14 hari, pada 22 Juni 1922, berkat bantuan Amin dari Praban, Abdul Chalim dapat bertemu dengan AWH. Pertemuan dengan AWH ini menjadi awal bermukimnya Abdul Chalim di Surabaya, sekaligus menguatkan kiprah dalam berbagai organisasi pergerakan.

Pendiri NU

Berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari 1926, tentu tidak bisa dilepaskan dari peran para ulama. Di samping Hasyim Asy'ari (HA) dan AWH, Abdul Chalim merupakan sosok ulama pejuang yang memiliki kontribusi besar dalam melahirkan NU. Tanpa kepiawaian Abdul Chalim dalam membangun dan mengharmonisasikan komunikasi, khususnya antara HA dan AWH, panggung sejarah Indonesia bisa jadi tidak akan pernah mencatat kehadiran organisasi pergerakan yang bernama NU.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat