kievskiy.org

Lapan Keluarkan Analisis Terkait Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182

Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 rute Pontianak-Jakarta hilang kontak hanya 4 menit setelah bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 rute Pontianak-Jakarta hilang kontak hanya 4 menit setelah bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. /Flightradar24 Flightradar24


PIKIRAN RAKYAT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengeluarkan analisis soal jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak pada 9 Januari 2021 sore.

Dalam rilis yang diunggah di akun Instagram @lapan-ri pada Minggu, 10 Januari 2020, LAPAN menyebutkan 'Popagasi Konveksi karena Westerly Burst' atau angin baratan kuat. Analisis Dinamika Atmosfer Saat Sriwijaya Air Hilang Pada 9 Januari 2021

"Analisis dinamika atmosfer menunjukkan sistem konveksi skala meso telah terbentuk di atas Lampung dan Laut Jawa di sekitarnya sejak pukul 11.00 WIB," tulis LAPAN, seperti dikutip Pikiran-rakyat.com.

Baca Juga: Sempat Frustasi di Awal Kariernya di Entertainment, Rizky Billar: Mau Berangkat ke Jepang Jadi Buruh

Sistem ini kemudian pecah dan berpropagasi ke selatan, yang berasosiasi dengan pertumbuhan sistem konveksi skala meso lain di atas Jawa bagian barat selama rentang waktu 13.00-15.00 WIB.

LAPAN menyebutkan ada 3 kondisi yakni sinoptik, meso dan lokal yaitu:

1. Kondisi sinoptik

Terdapat vorteks Borneo dan westerly burst (angin baratan kuat) dari Samudra Hindia. Kecepatan burst yaitu 7-8 m/s pada ketinggian 1,5 km, yang lebih kuat dibandingkan klimatologis angin monsun baratan (~3 m/det).

Baca Juga: Arie Untung Ceritakan Sosok Pilot Sriwijaya Air SJ 182 yang Ternyata Kakak Kelasnya, 'Seorang Ustaz'

2.Kondisi meso

Di sekitar lokasi kejadian terdapat konvergensi angin dari utara dan barat di permukaan (10 m) yang telah mengintrusi kelembaban dan menumbuhkan sistem konveksi baru dari Laut Jawa ke utara Jakarta.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat