PIKIRAN RAKYAT - Myanmar saat ini tengah dilanda krisis politik.
Krisis politik tersebut bermula adanya aksi kudeta yang dilakukan oleh militer terhadap pemerintahan sipil di negara itu sejak 1 Februari 2021 lalu.
Selain itu, militer Myanmar juga turut melakukan penangkapan terhadap pejabat tinggi sipil di negara itu, salah satunya peraih nobel perdamaian Aung San Suu Kyi.
Kudeta tersebut menimbulkan penolakan dari warga sipil Myanmar dalam bentuk aksi unjuk rasa.
Baca Juga: Biara di Yerusalem Diduga Senjaga Dibakar Komunitas Yahudi, Dewan Gereja Katolik Minta Penyelidikan
Namun, unjuk rasa tersebut mendapatkan tindakan kekerasan dari pasukan keamanan hingga menimbulkan korban jiwa.
Terbaru, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk pengawas tahanan politik di Myanmar menyampaikan sebanyak 1.213 orang telah ditangkap, didakwa atau dihukum sehubungan dengan kudeta militer sejak 1 Februari hingga 1 Maret 2021.
Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP) Myanmar menyebut sebanyak 913 orang masih dipenjara atau menghadapi tuntutan, termasuk 4 orang yang telah divonis.
Selain itu, AAPP menyebut setidaknya 30 orang tewas akibat kekerasan dan tindakan keras sewenang-wenang sejak kudeta militer terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu.