JAKARTA, (PR).- Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB) kembali melaksanakan Diskusi Panel Serial ke-11 dengan tema “Tantangan Masa Depan”. Dalam diskusi serial kali ini, hadir sebagai pembicara adalah Jenderal Purn. Djoko Santoso dan Dr. H.S. Dillon. Dan hadir mewakili Yayasan Suluh Nuswantara Bakti adalah Pembina YSNB Pontjo Sutowo dan Ketua YSNB Iman Sunario. Di Indonesia, kondisi kemiskinan absolut terus menurun, namun kesenjangan meningkat. Satu persen menguasai 50,3% kekayaan negara. Kondisi ini merupakan tantangan utama masa depan bangsa. Sayangnya kondisi ini, diperburuk dengan tingginya tingkat korupsi di Indonesia. Berdasar indeks persepsi korupsi tahun 2014, Indonesia menempati ranking ke-107. Jauh di bawah Singapura yang menduduki ranking ke-7. Atau bahkan dengan Malaysia (ranking ke-52), Filipina (ranking ke-85), Thailand (ranking ke-86). Indeks persepsi korupsi Indonesia hanya di atas Vietnam (ranking ke-119), Laos (ranking ke-145), serta Myanmar (ranking ke-156). Sebagai akibatnya, daya saing Indonesia menjadi tertinggal dibanding negara lain, baik terhadap Malaysia, Thailand, apalagi terhadap Cina. Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya kebijakan yang tidak memihak untuk menanggulangi kemiskinan. Seperti kebijakan teknologi, globalisasi maupun reformasi pro-pasar, yang ternyata hanya memperlebar kesenjangan. Untuk itu, perlu dilaksanakan upaya yang terstruktur agar kesenjangan dan kemiskinan dapat ditanggulangi. Salah satunya, dengan mengedepankan kembali amanat UUD 1945 pasal 33 ayat 1: Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan, dan pasal 34 ayat 1 : Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Namun demikian, mengedepankan kembali amanat UUD 1945 bukan tanpa halangan dan memerlukan proses yang tidak sebentar. Pada saat ini, selain perjuangan mengedepankan kembali amanat UUD 1945, juga perlu pendekatan lain yang lebih bersifat soft. Menurut H.S. Dillon, semua agama pada dasarnya mengajarkan mengatasi kesenjangan dan kemiskinan. Dalam Islam diajarkan konsep zakat, sedekah dan wakaf. Dalam Nasrani diajarkan konsep cinta kasih. Di Hindu diajarkan konsep Dana Punia. Dan di Budha diajarkan konsep Atthavara Dana, Amisa Dana, dan Nicca Dana. Demikian pula dalam budaya leluhur bangsa, juga diajarkan konsep mengatasi kesenjangan dan kemiskinan. Karena itu, kini sudah saatnya konsep-konsep itu dapat dimaksimalisasi sebagai ranah kultural guna mengatasi kesenjangan dan kemiskinan. “Jika setiap pemeluk agama dapat melaksanakan konsep mengatasi kesenjangan dan kemiskinan yang diajarkan sesuai agama mereka bagi rakyat Indonesia, kesenjangan dan kemiskinan sebenarnya dapat dijembatani. Konsep ini perlu menjadi sebuah budaya dimana membantu seseorang dari kesenjangan dan kemiskinan, menjadi sebuah keharusan. Jangan sampai terjadi ketaatan kepada agama, namun kemudian menafikan konsep mengatasi kesenjangan dan kemiskinan yang diajarkan agama tersebut,” kata H.S. Dillon. Sementara itu, Djoko Santoso mengatakan jika desa perlu diperkuat guna mengatasi kesenjangan dan kemiskinan akibat globalisasi dan reformasi pro-pasar. Nilai-nilai budaya desa seperti religius, kebersamaan, kekeluargaan, gotong royong dan patriotisme jika terus dibina akan menjadi potensi yang besar untuk meningkatkan segala aspek kehidupan desa. “Apabila setiap desa mampu melakukan pembangunan dan meningkatkan ketahanan desa maka terwujudlah ketahanan bangsa dan negara,” ujar Djoko Santoso. Di tempat yang sama, Pembina YSNB Pontjo Sutowo mengingatkan jika Indonesia sebaiknya merujuk pada empat kebijakan Perserikatan Bangsa-Bangsa bagi pemerintah suatu negara nasional dalam menangani hak ekonomi, sosial, dan budaya masyarakatnya. “Empat kebijakan tersebut adalah: the obligation to respect, to protect, to facilitate, dan to fulfill, artinya: ‘kewajiban untuk menghormati, melindungi, memfasilitasi, dan memenuhi’ terhadap rakyatnya, agar kesenjangan dan kemiskinan dapat dijembatani,” pungkas Pontjo Sutowo.***
Kesenjangan dan Kemiskinan Tantangan Utama Masa Depan Indonesia
![](https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x0:0x0/703x0/webp/photo/image/2016/06/DISKUSI.jpg)
Terkini Lainnya
Tags
korupsi
miskin
diskusi
global
religius
desa
Artikel Pilihan
Terkini
Komnas HAM Beberkan 6 Indikasi Pelanggaran HAM di Pulau Rempang, Berikut Daftarnya
Ada Anomali Perilaku Pemilih PKB dalam Survei IPS, Mayoritas Dukung Prabowo Subianto pada Pilpres 2024
Pemeran Film Dewasa Mengaku Didoktrin, Merasa Kena Tipu Muslihat Irwansyah
Aktor Film Dewasa Sindikat Kramat Tunggak Mengaku Tak Lakukan Hubungan Intim: Kita Itu Gimik
6 Kisi-Kisi Soal Tes Karakteristik Pribadi TKP di CPNS 2023: Ada Antiradikalisme
Polling Pikiran Rakyat
Terpopuler
Penerimaan CPNS dan PPPK Kemenkumham 2023 Dibuka Hari Ini, Simak Formasi dan Persyaratannya
Penyanyi Malaysia Bantah Jiplak Lagu Pok Ame Ame, Kita Punya Banyak Kesamaan!
AHY Minta Prabowo Subianto Lanjutkan Pencapaian Jokowi
Pemulung di TPS Darurat Sarimukti Dilarang Pungut Sampah, Bantuan Pemerintah Dipertanyakan
7 Janji Ganjar Pranowo jika Jadi Presiden, Pengamat Wanti-wanti Jangan Cuma Jargon
Pestapora 2023: Line-up dan Rundown Lengkap 22-24 September 2023
Pemilu di Depan Mata, Jawa Barat di Mana?
Curhat MUA Dituduh Curi Amplop Pengantin, Nyatanya Uang Raib oleh Saudara Empunya Pesta
Asian Games 2023: Indonesia Dikalahkan China Taipei, Wajib Kalahkan Korea Utara jika Ingin Lolos
Xi Jinping Bakal Buat Al Quran Versi China, Gabungkan Islam dengan Ajaran Konfusianisme
Kabar Daerah
Gak cuma Makam Bung Karno, Ini 5 Wisata Sejarah Kota Blitar, Bakal Bikin Kamu Bersyukur Jadi Orang Indonesia
Teka-teki Apakah Putra Jokowi Maju Pilgub Jakarta atau Jateng Terjawab
Malam Satu Suro di Alas Ketonggo Srigati Ngawi: Ratusan Pengunjung Mensucikan Diri dan Mencuci Barang Pusaka
Kontingen UIN Makassar Raih Emas Pertama di Ajang Poros Intim III Lewar Cabor Tenis Meja Putri
PERHATIAN! Jalinsum Batu Jomba di Tapanuli Selatan Sudah Lancar Dilalui Kendaraan
Pikiran Rakyat Media Network
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor 999/DP-Verifikasi/K/V/2022