kievskiy.org

Akoe Indonesia Ingatkan Generasi Muda untuk Cinta Tanah Air

JAKARTA, (PR).- Bangsa Indonesia dinilai sudah terpuruk demikian dalam. Sudah terjadi pergeseran budaya yang sangat jauh dari aslinya. Di saat budaya bergeser, maka seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara pun ikut bergeser. Bahkan kerusakannya bergerak lebih cepat. Demikian dikatakan motivator Thiar Bramanthia, yang bersama pakar geopolitik Suryo AB dan motivator Zuly Husni Tampo di Jakarta, Selasa 21 Juni 2016. Trio motivator itu menggulirkan program bertajuk "Akoe Indonesia" sebagai manifestasi kepedulian akan perkembangan generasi muda Indonesia. Pendapat senada sebelumnya jugadisampaikan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Zulkifli Hasan. Ia menyatakan keprihatinannya akan kondisi kebangsaan Indonesia yang makin kehilangan identitas ke-Indonesia-annya. "Generasi muda Indonesia saat ini semakin tidak memahami Pancasila sebagai ideologi dan filosofi negara. Oleh karena itu penting dibekali empat pilar Pancasa, UUD 1945, NKRI, serta Bhinneka Tunggal Ika," kata Zulkifli Hasan pada sosialisasi Empat Pilar oleh MPR RI di hadapan para guru di Bogor, Minggu lalu. Menurut Thiar, "Akoe Indonesia" dikemas dalam format seminar 4 jam dan diberikan secara gratis ke sekolah-sekolah dan kampus-kampus di Indonesia. Program ini dirancang khusus untuk anak-anak muda usia belia, dengan tujuan untuk menciptakan generasi Indonesia yang Cinta Tanah Air dan bermental wirausaha. Pada seminar yang diselenggarakan, para siswa diperkenalkan kembali pada sejarah lahirnya Indonesia dan betapa besarnya potensi yang terkandung didalamnya, hingga tumbuh kebanggan yang luar biasa dilahirkan sebagai anak Indonesia. Peluncuran dilakukan dengan mengunjungi SMA 3 Tangerang Selatan dan SMK Hang Tuah 2 Jakarta Utara. Tahun ini "Akoe Indonesia" menetapkan target sebanyak 30 sekolah/kampus dengan menggandeng pihak swasta, Inaco, sebagai sponsor utama. Thiar memandang penting program itu digelat untuk para siswa. Pasalnya, saat ini terjadi budaya sopan santun yang tergantikan dengan budaya cuek bebek ala amrik, atau ketika budaya tolong menolong tergantikan dengan budaya siapa lu, maka lenyaplah sebuah identitas. "Di saat rasa peduli sesama semakin pupus, maka di saat yang bersamaan kekejaman sosial semakin tumbuh berkembang melibas moralitas bangsa," ujarnya. Menurutnya, bangsa ini mungkin sudah layak disebut sebagai "mantan" Indonesia. Sebuah negeri yang pernah bernama Indonesia, namun kini hanya negeri duplikat dari negeri-negeri di seberang sana. Terkadang jadi duplikat Amerika, kadang jadi duplikat Korea, kadang jadi negeri lainnya tergantung trend yang terjadi saat itu.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat