kievskiy.org

Pewarna Alami Belum Jadi Komoditi

PETUGAS sedang menguji bahan alami di laboratorium tekstil Universitas Islam Indonesia.*
PETUGAS sedang menguji bahan alami di laboratorium tekstil Universitas Islam Indonesia.*

YOGYAKARTA, (PR).- Terdapat sedikitnya 152 jenis bahan pewarna alami dari aneka tumbuhan di Indonesia. Di tengah tuntutan produk kain maupun makanan berbahan alami, pewarna alami ini memiliki potensi ekonomi tinggi. Sejauh ini belum dianggap sebagai komiditas bernilai ekonomis dan pengembangannya belum disentuh maksimal. Kepala Laboratorium Pengujian Tekstil dan Produk Tekstil Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - Universitas Islam Indonesia Asmanto Subagyo, M.Sc menyatakan pewarna alami tersebut bisa diperoleh dari buah, akar, daun, biji, batang, pangkal aneka tanaman. Sumber warnanya tersedia dalam berbagai bentuk misalnya kulit buah nangka, gambir, rumput liar, dll. “Dari berbagai informasi dan data yang saya kaji, dari 152 sumber pewarna alami, para ahli baru mengembangkan dalam kapasitas terbatas sebanyak 20 sumber pewarna alami dari aneka tumbuhan, misalnya warna dari daun jambu, daun jati, bisa kesumba, rumput indigo, akar mengkudu,” kata dia saat diwawancari “PR” di Yogyakarta, Rabu, 14 September 2016. Labororatorium Pengujian Tekstil dan Produk Tekstil Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesisa tengah mengembangkan 11 jenis pewarna alami. Sebagian menghasilkan produk warna alami, sebagaian lainnya dalam uji laboratorium. Produknya pewarna yang berhasil sebagain diproduksi masssal, di antara pewarna alami batik. Menurut dia pengembangan pewarna alami perlu mendapat perhatian oleh berbagai pihak, baik kalangan peneliti di kampus maupun pihak-pihak terkait industri tekstil, makanan, dan yang terkait lainnya. Dia mencontohkan Jepang sangat kreatif dalam kegiatan ini sehingga memiliki katalog pewarna alami yang dikemas dalamm bahasa Jepang. Laboratorium tekstil Universitas Islam Indonesia, menurut dia, memiliki kapasitas mengembangkan pewarna alami maupun menguji produk-produk tekstil dan warnanya. Laboratariumnya telah mendapatkan standarisasi nasiona dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk Laboratorium Tekstil dan Produk Tekstil. Laboratorium ini bernaung di bawah Prodi Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri UII. Standarisasi laboratorium tekstil ini melengkapi laboratorium lain yang terlebih dulu mendapat sertifikasi seperti Laboratirum Terpadu UII. Bahkan, mereka mendapatkan akreditasi dari Badan Nasional Sertifikat Profesi (BNSP) sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat