kievskiy.org

Menapak Puncak Timur Gunung Sumbing

KABUT tebal menghadang kami saat jalanan mulai menanjak sepanjang lahan pertanian warga. Jarak pandang yang terbatas, membuat langkah diayun hati-hati. Tanah berlumpur dan bebatuan licin kami tapaki. 

Hujan pun mengguyur deras seolah mengucapkan selamat datang kepada kami yang baru memulai perjalanan menuju puncak Gunung Sumbing. Inilah Pos 0 atau dikenal dengan nama Brangkalan. Di titik ini, pendakian melalui jalur Desa Banaran, Kecamatan Tembarak, Temanggung, Jawa Tengah dimulai akhir November 2016.

Apapun nama posnya, derita sudah kami alami saat perjalanan awal. Soalnya, trek ”bengal” berupa medan berlumpur dan berbatu menanjak mesti dilalui hingga pos berikutnya. Perlahan, kabut sedikit tersibak. Tanaman tembakau yang banyak ditanam warga berganti pohon-pohon menjulang. 

Hutan. Sunyi. 

Tak terlihat pendaki lain di depan kami. Hanya napas yang tersengal dan suara hujan menghantam mantel pelindung hujan kami yang terdengar. Ah, jalur bengal ini masih saja menanjak dengan jalan tanah bercampur air.

Kami sesekali berhenti sejenak guna menghela napas sekaligus mengistirahatkan punggung yang diganduli tas ukuran jumbo. Sebelumnya, di basecamp pendaki Gunung Sumbing Jalur Banaran, kami telah mendengar jalur Pos 0 Berangkalan hingga Pos 1 Seklenteng adalah jalur berat. 

Benar saja, jalur menanjak yang ditempuh seakan tak berujung. Namun, harapan tak boleh padam. Seberat apa pun kondisi yang dihadapi, mengeluh haram hukumnya. Begitulah disiplin seorang pendaki. Menaruh asa atau lebih tepatnya memelihara sikap optimistis.

Akhirnya, papan kayu bertuliskan Pos 1 Seklenteng menyembul di hadapan kami. Selter sederhana yang dibalut terpal menjadi tempat istirahat sejenak. Selter tersebut juga berdampingan dengan petilasan yang dikeramatkan warga. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat