kievskiy.org

Sihir Raja Ampat dan Harapan Warga Lokal

KAMI punya satu hari penuh untuk menikmati keindahan Raja Ampat, Jumat 25 Agustus 2017 itu. Namun, hujan yang turun sejak subuh menunda keberangkatan perahu dari ujung dermaga di depan resor. Tepat pukul sembilan pagi, kami melaju menuju Pulau Sawinggrai.

Separuh langit masih menghitam. Berulang kali moncong perahu membentur ombak besar. Beberapa teman mulai menampakkan muka cemas karena guncangan yang tidak menunjukan tanda bakal mereda. Perjalanan menuju Sawinggrai membutuhkan waktu tak kurang dari dua jam. 

Di tengah suasana murung seperti itu, laut mengirimkan penghiburan. Nakhoda menunjuk sepasang lumba-lumba yang melintas di kejauhan. Tidak semua dari kami sempat melihatnya. Namun, semua bisa menyaksikan ikan-ikan terbang sebesar jempol yang berkejaran di atas ombak. Berulang kali mereka memamerkan kemampuannya kepada kami.

"Yang melihat ikan terbang berarti keinginannya terkabul. Apa keinginanmu tadi?" tanya salah seorang kawan wartawan. 

"Saya ingin melihat ikan terbang," timpal yang lain diikuti gelak tawa seisi perahu. 

Keajaiban Painemo

Setelah dua jam bermain dengan anak-anak di sana, kami meninggalkan Sawinggrai menuju salah satu lokasi wisata paling terkenal dari Raja Ampat: Painemo. Sebelum perahu bersandar, kami sudah dibuat kehabisan kata-kata dengan bongkahan-bongkatan karst yang seolah-olah muncul begitu saja dari dasar laut. 

Untuk menyaksikan pemandangan menakjubkan, kami harus menaiki 400-an anak tangga. Ada dua anak tangga di sana. Menurut Juliana, pemandu kami, tangga yang lama dibuat dalam pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tangga yang baru, yang belum tuntas dibangun, dibangun oleh Presiden Joko Widodo.

"Kelihatan kan bedanya?" kata perempuan ramah senyum itu ketika kami menikmati air kelapa muda sebelum memulai pendakian. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat