kievskiy.org

Begini Kata Penyandang Disabilitas Setelah Menjajal Kereta Api Bandara

PENYANDANG disabilitas dari kelompok Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional saat menajajal Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta, Selasa, 2 Januari 2017.*
PENYANDANG disabilitas dari kelompok Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional saat menajajal Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta, Selasa, 2 Januari 2017.*

DI tengah riuhnya suasana peresmian di gerbong Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta, sekelompok kecil penyandang disabilitas ikut menjajal alat transportasi baru ini. Mereka berkumpul di bagian yang diperuntukkan bagi penyandang disabilitas.

Ada sekitar 5 penyandang disabilitas saat itu berkumpul. Mereka adalah Ariani Soekanwo, Sikdam Hasim, Amin, Didi dan Retnowati. Kelimanya merupakan bagian dari kelompok Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional. Kehadiran mereka untuk memastikan gerbong KA Bandara Soekarno-Hatta mengakomodir penumpang penyandang disabilitas. 

Amin, seorang tuna daksa yang menggunakan kursi roda, tampak tidak puas dengan susunan tempat duduk untuk penyandang disabilitas. Di bagian itu, ada penanda khusus berupa gambar orang memakai kursi roda. Kemudian kursi disusun menyamping, tidak menghadap ke depan seperti kursi pada umumnya di kereta itu. Di samping kursi yang menyamping itu terdapat celah yang diperuntukkan untuk menyimpan kursi roda.    

Amin  memberi masukan agar bagian itu tidak perlu dipasang kursi. Hal itu dipandangnya malah akan merepotkan. Menurutnya, tuna daksa yang kakinya lumpuh lebih baik dibiarkan menggunakan kursi roda ketika di kereta, tidak perlu diharuskan duduk di kursi penumpang. 

"Walaupun sudah ada sedikit awareness untuk kebutuhan kursi roda, hanya kami tidak mau seperti ini. Lebih baik pindahkan saja bangkunya," katanya.  

Retnowati, seorang tuna daksa lainnya, sempat terlihat sedikit kesusahan ketika menyusuri gerbong KA Bandara Soetta menggunakan kursi roda. Dia menyusuri gerbong setelah rombongan presiden lebih dulu menyusurinya.

Jarak antar kursi terlihat sangat pas dengan ukuran kursi roda yang dipakai Retno. Beberapa kali kursi roda yang dipakainya terantuk kursi penumpang. Laju kursi rodanya tidak terlalu mulus menyusuri gerbong kereta. "Terlalu sempit. Bagusnya jarak antar kursi lebih diperlebar," ujarnya. 

Libatkan kami

Sikdam Hasyim, seorang tuna netra, mengharapkan sarana transportasi umum yang menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakannya, bisa ramah terhadap para penyandang disabilitas. Dia mengaku memiliki pengalaman tidak mengenakkan selama menggunakan sarana transportasi umum. Pengalaman tidak mengenakkan itu terutama ketika berinteraksi dengan pegawai sarana transportasi umum. 

"Kami berharap, paling tidak pegawai KA bisa lebih empati terhadap penyandang disabilitas. Saya pengguna kereta. Tiga kali setiap minggu saya naik kereta. Kadang saya terabaikan di stasiun. Pegawainya cuek sekali dengan tuna netra. Walaupun membantu, terkadang terlihat tidak ikhlas," katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat