kievskiy.org

Ketika Hari Buruh Tak Lagi Sekadar Panggung Orasi

Peringatan hari buruh internasional atau Mayday yang jatuh setiap tanggal 1 Mei, kini lebih dari sekadar momen penyampaian aspirasi para pekerja saja. Lebih dari itu, Mayday menjadi ajang pertunjukkan kreatifitas dari para pekerja.
Peringatan hari buruh internasional atau Mayday yang jatuh setiap tanggal 1 Mei, kini lebih dari sekadar momen penyampaian aspirasi para pekerja saja. Lebih dari itu, Mayday menjadi ajang pertunjukkan kreatifitas dari para pekerja.

Peringatan hari buruh internasional atau Mayday yang jatuh setiap tanggal 1 Mei, kini lebih dari sekadar momen penyampaian aspirasi para pekerja saja. Lebih dari itu, Mayday menjadi ajang pertunjukkan kreatifitas dari para pekerja.

Aksi tak lagi sebatas orasi. Lebih dari itu, ada teatrikal, poster unik, hingga band dadakan di gelanggang massa kaum proletar.

Konfederasi Aksi Serikat Buruh Indonesia misalnya, muncul tidak hanya dengan bendera dan spanduk berisi tuntutan mereka saja. Para buruh ini datang bersama malaikat pencabut nyawa. Bukan yang asli tentunya, tetapi hanya replika yang ditampilkan dalam aksi teatrikal.

Pria berambut panjang menggunakan jubah hitam dengan tongkat berpisau melengkung di ujungnya itu adalah Makmur. Buruh asal Bekasi ini mengikat empat buruh lainnya di belakang yang berperan sebagai buruh tani, karyawan pabrik, pembantu rumah tangga, sarjana pencari kerja, hingga pedagang asongan.

Sekretaris Jenderal Kiara, Susan Herawati menyebut kalau dalam Mayday tahun ini pihaknya memang menyoroti pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan perikanan baik asing maupun domestik. Menurut dia, praktik perbudakan masih sering menimpa buruh perikanan imbas dari hubungan industrial outsourcing dan kerja kontrak yang tidak seimbang.

“Para pekerja perikanan seringkali bekerja lebih dari 10 jam per hari. Buruknya lagi, mereka bekerja dengan upah tidak layak, tidak dilindungi asuransi, intimidasi, dan pemecatan sepihak. Kondisi ini mesti diperbaiki karena jelas bertolak belakang dengan rasa kemanusiaan dan melawan konstitusi,” ucap dia.

Selain apa yang ditampilkan oleh KASBI dan Kiara, tentunya masih banyak kreatifitas lain yang ditampilkan oleh massa aksi dalam menyampaikan aspirasinya. Hal ini tak lepas dari semakin inklusifnya gerakan buruh dan membuat para pekerja dari berbagai sektor bahkan mahasiswa memiliki rasa perjuangan yang sama.

Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif (SINDIKASI) misalnya membawa perangkat band dan menggelar panggung dadakan di ruas Jalan Thamrin, sablon cukil kayu yang dibuat dadakan oleh SEBUMI, atau Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia yang membawa payung hitam ukuran besar. Sejumlah cara kreatif ini juga menjadi cara baru untuk menyemarakkan Mayday tanpa menghilangkan substansinya sebagai hari perjuangan kaum pekerja.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat