kievskiy.org

Sejarah Penggunaan Aksara Latin di Nusantara, Pada Mulanya Penerjemahan Injil

SIAPA nyana, aksara Latin sudah di­gunakan untuk menuliskan bahasa Melayu setidaknya pada abad ke-17. Meski demikian, Alif Danya Munsyi, dalam buku Bahasa Menunjukkan Bangsa (2005), menyatakan bahwa aksara Latin dikenalkan secara resmi di nusantara pada tahun 1536 melalui sekolah pertama di Indonesia yang didirikan di Ambon oleh penguasa ­Portugis, Antonio Galvao.

Dari situlah masyarakat Ambon mengenal bahasa Melayu, terutama melalui karya-karya Fransiscus Xaverius, sang misionaris.

Sebelum menjalankan misi di Ambon, ia terlebih dahulu meminta seseorang di Malaka untuk me­ner­jemahkan ayat-ayat pegangan Nasrani, se­perti ”Doa Bapa Kami”, ”Salam Maria”, dan ”Syahadat Rasuli”. Ayat-ayat pegangan itulah yang ia ucapkan ketika mengelilingi wilayah Ambon dan sekitarnya dengan membawa ­lonceng.

Munsyi menulis, ”Siapa yang bisa menghafal ayat-ayat pegangan itu lantas dibaptis di bawah nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Tapi, baru satu abad kemudian kitab suci ­Nasrani dicetak dalam bahasa Melayu. Dan, sejauh ini, kitab itulah yang boleh dikata se­bagai cetakan tertua dalam sejarah pustaka ­Indonesia bertuliskan Latin, dikerjakan oleh ­Brouwerius, diterbitkan pada 1663.”

Oleh karena itu, tak heran jika bangsa Belanda, yang datang setelah Portugis, menda­pati penduduk Ambon telah mengenal bahasa Melayu. Kenyataan itu menginspirasi Belanda untuk menjadikan bahasa Me­layu sebagai bahasa administratif, tak terkecuali di Maluku.

Jan Sihar Aritonang dan Karel Steenbrink, dalam buku A History of Christianity in Indonesia (2008), menyebut­kan bahwa Joseph Kam ber­layar menuju Pulau Jawa (Batavia) atas bantuan London Missionary Society pada tahun 1814.

Meskipun demikian, ia baru tiba di Ambon pada ­tanggal 3 Maret 1815. Hal itu menegaskan bahwa peran Kam, termasuk dalam peng­ajaran bahasa Melayu, baru terjadi pada dekade kedua abad ke-19.

Penyebaran agama Kristen

Dianne Bergant dan Robert J Karris, dalam buku Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (2002), menyebutkan bahwa penggunaan aksara Latin untuk menuliskan ­bahasa Melayu terutama di­tujukan bagi penyebaran ­agama Kristen.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat