kievskiy.org

Kolaborasi Riset Kelautan dengan Industri Perikanan Nasional Masih Rendah

NELAYAN menjemur ikan asin jengki, di Kampung Palangpang, Desa Cirawu, Kabupaten Sukabumi, Kamis, 3 Agustus 2017. Produksi ikan asin di daerah tersebut kini sedang menurun hingga hanya bisa memenuhi kebutuhan Pasar Surade  Sukabumi saja. Biasanya ikan asin jengki yang dijual Rp 55.000 perkilogram, dan ikan asin teri nasi Rp 75.000 perkilogramnya itu, bisa dipasarkan hingga kawasan Bogor.*
NELAYAN menjemur ikan asin jengki, di Kampung Palangpang, Desa Cirawu, Kabupaten Sukabumi, Kamis, 3 Agustus 2017. Produksi ikan asin di daerah tersebut kini sedang menurun hingga hanya bisa memenuhi kebutuhan Pasar Surade Sukabumi saja. Biasanya ikan asin jengki yang dijual Rp 55.000 perkilogram, dan ikan asin teri nasi Rp 75.000 perkilogramnya itu, bisa dipasarkan hingga kawasan Bogor.*

JAKARTA, (PR).- Pengamat sektor perikanan dan Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan, Abdul Halim, menginginkan peningkatan kolaborasi antara riset bidang kelautan dengan industri perikanan nasional.

"(Peningkatan kolaborasi) supaya jelas 'output'-nya," kata Abdul Halim, seperti dilansir dari Kantor Berita Antara, Minggu 14 Oktober 2018.

Dia menilai, sejauh ini ada jarak antara hasil penelitian dengan obyek penelitian, antara lain karena pengabaian keharusan menerapkan hasil pasca penelitian. Ia berpendapat bahwa riset kelautan dan perikanan perlu diperbanyak riset aplikatif dan diperbesar dana risetnya.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengharapkan para peneliti bidang kelautan dan perikanan dapat meningkatkan riset inovasi sehingga bisa membantu penyelesaian berbagai masalah yang ada di sektor tersebut.

"Kepada para peneliti saya berharap dapat terus berperan meningkatkan riset inovasi yang dibutuhkan dunia usaha atau industry dan masyarakat, sehingga mendukung percepatan hilirisasi di Indonesia," kata Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan KKP, Sjarief Widkjaja, dalam acara Science and Innovation Business Matching di Jakarta, Selasa 9 Oktober 2018.

Menurut dia, peneliti perlu meningkatkan kerja sama dengan mitra industri, yang juga merupakan salah satu cara sinergi pemerintah dan akademisi untuk menghasilkan inovasi kelautan dan perikanan.

Dengan demikian, lanjutnya, hal tersebut juga dinilai akan semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia. Berdasarkan data dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), tingkat pencapaian hilirisasi riset inovasi di industri di Indonesia masih sekitar 3-5 persen, terpaut jauh dengan tingkat keberhasilan China (25 persen) ataupun Amerika Serikat dan Eropa (10-15 persen).

Ia mengatakan, rendahnya kesuksesan itu berkaitan dengan minimnya kerja sama antar lembaga penelitian dengan industri. Dalam acara tersebut, Badan Riset KKP juga meluncurkan sejumlah produk inovasi, antara lain Mini AIS (Automatic Identification System), yakni transponder AIS berukuran kecil untuk meningkatkan keselamatan nelayan ketika sedang melaut, khususnya nelayan kecil.

Selain itu, kalangan industri perikanan nasional diajak meningkatkan kerja sama serta memanfaatkan hasil penelitian dan pengembangan paten yang telah dihasilkan oleh berbagai pusat riset KKP.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat