kievskiy.org

Remaja Peduli Stunting, Ciptakan Generasi Penerus Bangsa yang Berdaya Saing

Forum Kepoin GenBest bertajuk, “Remaja Mantul, Pahami Stunting dengan Betul” yang diselenggarakan secara luring dan daring kepada remaja di Kota Medan, Sumatera Utara, Senin 15 November 2021.
Forum Kepoin GenBest bertajuk, “Remaja Mantul, Pahami Stunting dengan Betul” yang diselenggarakan secara luring dan daring kepada remaja di Kota Medan, Sumatera Utara, Senin 15 November 2021. /Dok. Kominfo

 

PIKIRAN RAKYAT – Indonesia akan menyongsong bonus demografi di tahun 2030 mendatang. Bonus demografi ini memiliki arti bahwa di tahun 2030 nanti angkatan usia produktif akan mendominasi jumlah penduduk saat itu. Oleh karenanya pencegahan stunting sangat dibutuhkan untuk dapat membangun generasi yang cerdas, berkarakter, serta memiliki daya saing di kancah dunia.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta pada Forum Kepoin GenBest bertajuk, “Remaja Mantul, Pahami Stunting dengan Betul” yang diselenggarakan secara luring dan daring kepada remaja di Kota Medan, Sumatera Utara, Senin 15 November 2021. Hadir dalam acara tersebut Direktur Kerjasama Pendidikan Kependudukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Edi Setiawan dan dokter Lula Kamal.

“Presiden Joko Widodo telah menargetkan angka prevalensi stunting bisa turun ke 14 persen atau bahkan di bawah 14 persen di tahun 2024, yang mana itu sudah tinggal 2 sampai 3 tahun lagi,” ujar Wiryanta. Ia juga menambahkan, dalam mencegah terjadinya stunting, diharapkan remaja dapat turut serta berperan dalam menurunkan angka prevalensi stunting dengan menerapkan pola hidup yang bersih dan sehat.

Baca Juga: Seorang Pria Laporkan Kerbaunya ke Polisi, Alasannya Hanya Gara-Gara Hal Sepele

Di lain pihak, Edi menjelaskan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh karena kekurangan gizi kronis. “Terutama terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan yang nantinya akan berakibat pada tumbuh kembang anak, pertumbuhan fisiknya menjadi lebih pendek dari standar anak seusianya selain itu perkembangan otaknya juga tidak maksimal,” jelasnya.

Senada dengan pernyataan Edi, Lula Kamal juga menjelaskan pemenuhan gizi dan nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) penting dilakukan karena pertumbuhan dan perkembangan anak paling pesat terjadi di masa tersebut, khususnya dalam perkembangan otak. “Perkembangan otak yang paling pesat terjadi pada usia 0 sampai 2 tahun. Lewat dari 2 tahun masih tumbuh, tapi tidak bertambah terlalu banyak karena 80 persen lebih perkembangan otaknya sudah selesai,” katanya.

Lula Kamal menekankan, remaja putri saat ini harus sadar akan stunting dan berupaya menjalankan pola hidup sehat guna menjaga organ-organ reproduksi agar dapat berfungsi dengan baik dan siap mengandung bayi suatu saat nanti. Selain remaja putri, remaja putra juga perlu menjaga kesehatannya. Hal ini karena laki-laki yang terganggu kesehatannya, khususnya laki-laki dengan kebiasaan merokok, memiliki kualitas sperma yang tidak cukup baik sehingga berpotensi menghasilkan bayi-bayi stunting.

Edi pun menimpali, baik laki-laki maupun perempuan harus sehat sampai organ reproduksi berkembang sempurna. Menurutnya, remaja putri dan remaja putra nantinya akan menjadi pasangan usia subur, menjadi calon pengantin, dan akan melahirkan bayi-bayi yang mengisi masa depan Indonesia. Apabila bayi yang dilahirkan itu menderita stunting, maka generasi masa depan Indonesia akan diisi oleh generasi yang stunting dan tidak mampu bersaing secara global. Selain itu, anak-anak yang mengalami stunting juga akan rentan terhadap penyakit kardiovaskuler.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat