kievskiy.org

Puluhan Madrasah di Kota Palu Butuh Tenda untuk Kelas Darurat

SEJUMLAH warga berusaha mengais barang-barang yang tertimbun di lokasi likuifaksi Kelurahan Balaroa Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu 10 November 2018. Warga menggunakan peralatan seadanya untuk mencari barang-barang yang masih diselamatkan karena alat berat yang biasanya digunakan sudah ditarik mundur dari lokasi sejalan dengan berakhirnya masa tanggap darurat ke masa transisi pemulihan pascabencana.*
SEJUMLAH warga berusaha mengais barang-barang yang tertimbun di lokasi likuifaksi Kelurahan Balaroa Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu 10 November 2018. Warga menggunakan peralatan seadanya untuk mencari barang-barang yang masih diselamatkan karena alat berat yang biasanya digunakan sudah ditarik mundur dari lokasi sejalan dengan berakhirnya masa tanggap darurat ke masa transisi pemulihan pascabencana.*

PALU, (PR).- Kementerian Agama Kota Palu, Sulawesi Tengah, menyatakan sejumlah madrasah masih membutuhkan tenda dan kelas darurat untuk pelaksanaan belajar mengajar. Seperti diketahui, Palu luluh lantak diguncang gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami menghantam daerah itu.

"Kondisinya saat ini seluruh madrasah masih butuh tenda dan kelas darurat," ucap Kepala Kemenag Kota Palu Ma`sum Rumi, di Palu, Senin 12 November 2018.

Dilansir Antara, madrasah-madrasah swasta atau milik yayasan di bawah naungan Kemenag Kota Palu, paling membutuhkan tenda dan kelas darurat.

Tercatat 68 madrasah swasta, mulai dari madrasah ibtidaiyah hingga madrasah aliyah di Kota Palu masih membutuhkan tenda dan kelas darurat. Saat gempa, likuefaksi dan tsunami yang menghantam Kota Palu pada Jumat 28 September 2018, terdapat sekitar 50 persen madrasah rusak total.

Belajar belum maksimal

Kondisi saat ini, akui dia, proses belajar mengajar di madrasah berlangsung di tenda dan kelas darurat yang dibangun di halaman sekolah.

"Proses belajar mengajar diupayakan agar berjalan normal, sekalipun kondisinya kurang memungkinkan," ujar Ma'sum.

Ia menyebut bahwa Kemenag Kota Palu berupaya agar proses belajar dan mengajar di madrasah di semua tingkatan dapat berjalan normal.

Namun, akui dia, proses belajar mengajar di tenda dan kelas darurat, tidak semaksimal seperti sebelum bencana gempa, likuefaksi, dan tsunami yang berlangsung di ruangan bangunan gedung.

"Proses belajar mengajar di tenda atau di kelas darurat, dua-duanya kurang kurang 'memungkinkan' karena panas dan seterusnya. Namun tetap di upayakan berjalan normal," ujar dia.

Disisi lain, urai dia, banyak guru dan siswa madrasah yang trauma. Terdapat sekitar 50 persen masih trauma dengan bencana yang menimpa Kota Palu.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat