kievskiy.org

Jemput Perantau Jawa Barat di Papua, FPKS: Cari Akar Permasalahan

PENGUNGSI kerusuhan Wamena asal Jawa Barat tiba di Gedung Pakuan, Bandung, Jawa Barat, Rabu, 9 Oktober 2019  malam. Pemerintah Provinsi Jawa Barat menerima 71 warga asal Jawa Barat yang terdampak kerusuhan di Wamena dan akan memulangkannya langsung ke daerah masing-masing.*/ANTARA
PENGUNGSI kerusuhan Wamena asal Jawa Barat tiba di Gedung Pakuan, Bandung, Jawa Barat, Rabu, 9 Oktober 2019 malam. Pemerintah Provinsi Jawa Barat menerima 71 warga asal Jawa Barat yang terdampak kerusuhan di Wamena dan akan memulangkannya langsung ke daerah masing-masing.*/ANTARA

JAKARTA, (PR).- Kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua Barat beberapa pekan lalu tidak hanya menimbulkan korban jiwa tetapi juga rasa tidak aman bagi para perantau yang ada di sana. Berdasarkan sejumlah info, kerusuhan terjadi karena dugaan adanya tindakan rasis.

Namun, sebelumnya situasi Papua secara umum juga tengah panas setelah beberapa Asrama Mahasiswa Papua di Jawa Timur dipersekusi, Agustus lalu. Situasi di tanah Cendrawasih yang tak kunjung kondusif pun membuat perantau memilih eksodus. Tak terkecuali mereka yang berasal dari Jawa Barat.

Berdasarkan data Kementerian Sosial sejak 23 September sampai 2 Oktober 2019 tercatat sudah 11.646 orang yang meninggalkan Wamena. Rabu, 9 Oktober 2019, giliran 69 perantau Jawa Barat di Wamena yang pulang. Dijemput Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, mereka pulang menggunakan pesawat dari Bandara Sentani Papua ke Soekarno Hatta.  

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Bidang Kesejahteraan Rakyat, Netty Prasetiyani yang turut menjemput para perantau menyebut kalau akar persoalan di Wamena harus ditemukan agar kejadian serupa tak lagi terulang. Menurut dia, jika perlu DPR bisa mendorong dibentuknya Pansus untuk mengetahui sumber permasalahan yang cukup berlarut ini.

"Mengingat jumlah korban dan dampak material yang cukup besar serta dapat mengancam integrasi bangsa di Papua," kata Netty.

Dia sempat berbincang dengan sejumlah perantau dan menerima keluh kesah mereka. Menurut Netty, kebanyakan dari mereka ingin pulang karena sudah merasa tidak aman. Situasi terakhir di Papua yang fluktuatif pun membuat mereka khawatir terhadap keselamatan diri, keluarga, dan usaha atau pekerjaan mereka jika tetap bertahan di sana.

"Kebanyakan mereka akan berpikir ulang, sebagian masih akan kembali, dan sebagian lagi ada yang memilih untuk menghabiskan hari tua di kampung halaman saja," ucap dia.

Kendati demikian, Netty juga bersyukur karena tak ada warga Jabar yang jadi korban jiwa. Anggota legislatif dari Dapil Jabar ini pun mengapresiasi warga Jabar yang selama ini tergolong orang yang ramah dan sopan di mana pun berada.

"Sekarang mari kita siapkan rencana untuk kembali membangun usaha, aktivitas ekonomi, dan kehidupan yang normal seperti sedia kala di kampung halaman," ujar dia.   

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat