kievskiy.org

Suhu Panas Yogyakarta Tak Ada Kaitan dengan Merapi

LETUSAN Gunung Merapi terlihat dari Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu, 9 November 2019.*/ANTARA
LETUSAN Gunung Merapi terlihat dari Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu, 9 November 2019.*/ANTARA /Aloysius Jarot Nugroho ANTARA FOTO

YOGYAKARTA, (PR).- Suhu udara yang cukup panas di DIY dalam beberapa waktu terakhir ini tidak ada kaitannya dengan aktivitas Gunung Merapi.

Hal itu berdasarkan data yang ada di Stasiun Klimatologi Yogyakarta, malam hingga pagi hari, suhu minimum berkisar di angka 24-25 derajat Celcius.

Sementara, di siang hari suhu mampu mencapai 31-32 derajat Celcius, sehingga masih masuk dalam kategori normal.

Menurut Kepala Kelompok Data dan Informasi, Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Etik Setyaningrum MSi, rasa gerah yang dirasakan warga, khususnya di dalam ruangan terjadi akibat adanya tingkat kelembaban atau kandungan uap air di udara yang cukup tinggi.

"Rata-rata sehari tingkat kelembaban udara (RH) minimum mencapai 60-65 persen, sedangkan maksimum mencapai 80-85 persen. Dengan kondisi ini, ada proses penguapan yang tinggi hingga pembentukan awan,” ujarnya di Yogyakarta, Rabu, 4 Desember 2019.

Etik mengatakan, adanya uap air di udara hingga tutupan awan ini membuat radiasi balik bumi ke atmosfer tertahan oleh uap air.

Dengan begitu, radiasi tersebut tidak bisa keluar bebas ke angkasa, tetapi diserap dan dipantulkan kembali ke bumi sehingga suhu udara di bumi terasa lebih gerah.

“Dengan suhu udara yang terasa gerah ini mengindikasikan bahwa di wilayah DIY sedang memasuki masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida mengatakan beberapa hari terakhir kondisi merapi relatif stabil.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat