kievskiy.org

Komisi VI DPR: Industri Tekstil Nasional Kritis Akibat Gempuran Produk Impor

PEKERJA menyelesaikan produksi kain sarung di Pabrik Tekstil Kawasan Industri Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat, 4 Januari 2019.*/ANTARA
PEKERJA menyelesaikan produksi kain sarung di Pabrik Tekstil Kawasan Industri Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat, 4 Januari 2019.*/ANTARA

PIKIRAN RAKYAT - Anggota Komisi VI DPR, Nevi Zuairina, meminta pemerintah untuk lebih memperhatikan Industri tekstil nasional yang mulai goncang akibat berbagai faktor luar dan internal.

Faktor luar dipengaruhi oleh gempuran produk impor yang mengganggu pasar dalam negeri, sedangkan faktor dari dalam akibat kemampuan daya saing produk dan kemampuan menembus pasar internasional masih kecil.

"Industri tekstil negeri ini sedang kritis. Banyak pabrik tutup atau hengkang dari negara kita. Di sentra-sentra perdagangan tekstil seperti Tanah Abang sulit menemukan merk lokal. Sedangkan gempuran produk tekstil impor semakin menjadi dengan kebijakan proteksi minim sehingga kebebasan impor tekstil tanpa barier", ujar Nevi saat dihubungi, Sabtu 24 Desember 2019.

Baca Juga: Tips Hadapi Celaan Orang, Jangan Sampai Suasana Hati Sobat Belia Rusak Akibat Kata-kata

Legislator dari PKS ini mengatakan, bagi negara-negara dunia, potensi pasar di negara kita sangat menggiurkan.

"Ketika negara kita tidak mampu mengantisipasi serangan produk luar akibat pasar bebas, maka yang terjadi adalah defisit neraca dagang," ujarnya. 

Tercatat Indonesia mengalami defisit sebesar USD160 juta pada tahun 2019. Begitu juga terjadi pada kinerja industri Tekstil dan produk tekstil sepanjang tahun 2018 mengalami defisit neraca perdagangan.

Baca Juga: Lihat Wajah Jefri Nichol, Reza Rahadian : Hari ini yang Paling Bikin Saya Bahagia Saya Bisa Melihat Wajah Jefri Nichol

"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2018 tercatat ekspor TPT tumbuh sebesar 0,9%, sedangkan impor melesat jauh sebesar 13,9%. Dengan begitu pertumbuhan nilai neraca perdagangan TPT melambat 25,6% atau terendah sejak 2008. Bila kita terus terlena, maka negara kita akan semakin menderita kemerosotan ekonomi," ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat