kievskiy.org

ACT Ajak Masyarakat Indonesia Bersama Bela Bumi Syam Suriah

Pascakonflik yang meluluhlantahkan bumi Suriah, jutaan warganya kini terkatung-katung di kamp-kamp pengungsian dengan kondisi yang memprihatinkan. Harus merasakan kepanasan di musim panas, dan kedinginan di musim dingin yang ekstrem.
Pascakonflik yang meluluhlantahkan bumi Suriah, jutaan warganya kini terkatung-katung di kamp-kamp pengungsian dengan kondisi yang memprihatinkan. Harus merasakan kepanasan di musim panas, dan kedinginan di musim dingin yang ekstrem. /Dok. ACT

PIKIRAN RAKYAT - Perang Suriah telah terjadi sejak Maret 2011 dan telah menewaskan ratusan ribu jiwa warganya. Dilansir dari United Nations Office for The Coordination of Humanitarian Affairs (UN OCHA) dan Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR) korban jiwa sejak tahun 2011-2019 adalah sebanyak 380.636 jiwa dan warga yang eksodus keluar Idlib dari Desember 2019-Januari 2020 sebanyak lebih dari 350 ribu jiwa.

Sebagai lembaga kemanusiaan global profesional, Aksi Cepat Tanggap (ACT) turut serta meringankan derita penduduk Suriah melalui sejumlah program yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian antar sesama, khususnya para korban yang terkena dampak konflik berkepanjangan.

Hal ini disampaikan melalui konferensi pers “Bersama Bela Bumi Syam Suriah” pada Jumat 17 Januari 2020 di Gedung Menara 165.

Baca Juga: Labuan Bajo Dipersiapkan untuk Pelaksanaan G20 dan ASEAN Summit 2023

Syuhelmaidi Syukur, Dewan Pembina Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyatakan, “Serangan dari pasukan pemerintah Suriah terus berlanjut di beberapa kawasan Idlib di Suriah meski adanya kesepakatan gencatan senjata 12 Januari antara Turki dan Rusia dalam konflik sembilan tahun Suriah. Melalui konferensi pers ini, kami ingin meningkatkan kepedulian antar sesama, khususnya untuk saudara-saudara kita yang terkena dampak konflik yang berkepanjangan. Kami ingin kembali mengajak kesadaran umat, bahwa pentingnya kita membantu saudara-saudara kita di bumi Syam. Apabila ada golongan maupun kelompok-kelompok yang berselisih, sudah kewajiban kita sebagai orang beriman untuk membantu atau mendamaikan mereka dengan cara-cara yang adil tanpa memihak salah satu golongan. Kami berikhtiar melalui program-program kemanusiaan kami,” ungkapnya.

Baca Juga: Diet untuk Anak Sekolah, Coba 3 Makanan Ini untuk Bekal Makan Siang

Bukan hanya konflik yang terjadi di sana namun juga musim dingin yang mencapai 4 derajat celcius yang berdampak kepada rentangnya kesehatan para pengungsi. Bambang Triyono, Head of Global Humanity Response (GHR)-ACT menambahkan secara detail kondisi di sana.

“80% pengungsi adalah perempuan dan anak-anak. Beberapa keluarga berlindung di masjid atau sekolah, namun ada pula yang di tenda dekat dengan perbatasan. Terkait dengan kondisi yang terjadi di Suriah, serta beberapa rangkaian peristiwa yang terjadi, kami senantiasa berupaya memberikan yang terbaik untuk kemanusiaan. Adapun sejumlah program yang disiapkan adalah 1000 paket pangan, 2000 paket roti, peralatan musim dingin (pakaian hangat, selimut, bantal, kasur, bahan bakar, dll), emergency house seluas 24 m², dan 10 unit bus yang bersiaga untuk memobilisasi eksodus penduduk jika terjadi serangan. Hingga saat ini, tidak hanya di Indonesia kami pun terus bekerjasama dengan seluruh elemen masyarakat global dalam aksi serta program kemanusiaan yang terencana, terukur, serta tepat sasaran,” tambahnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat