kievskiy.org

Kemendikbud Canangkan Konsep Merdeka Belajar, Metode dari Beberapa Negara Ini Bisa Ditiru

MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menyampaikan Program dan Kebijakan Pendidikan Tinggi bertajuk Merdeka Belajar: Kampus Belajar di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Jumat , 24 Januari 2020.*
MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menyampaikan Program dan Kebijakan Pendidikan Tinggi bertajuk Merdeka Belajar: Kampus Belajar di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Jumat , 24 Januari 2020.* /Aprillio Akbar/ANTARA FOTO

PIKIRAN RAKYAT - Pakar Pendidikan yang juga Ketua Yayasan Temasek Independent School Lay Ay Ling memaparkan sejumlah metode belajar di luar negeri yang sesuai dengan konsep Merdeka Belajar. Salah satunya, metode montessori yang berkembang di India.

Metode ini mengedepankan penggunaan indera saat belajar. Contohnya saat belajar mengenal huruf, siswa diperkenankan meraba kertas bertekstur berbentuk huruf. Berdasarkan metode itu, semakin banyak indra manusia yang terlibat saat belajar, semakin cepat manusia mengerti hal yang dipelajari.

Metode montessori juga mengedepankan kebebasan siswa memilih mata pelajaran yang ingin dipelajari pada hari itu. Gaya belajar seperti ini sesuai dengan konsep Merdeka Belajar. Hal ini sesuai dengan konsep Merdeka Belajar yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca Juga: Dibandingkan Ebola dan SARS, LIPI Sebut Virus Corona Miliki Laju Mutasi yang Lebih Cepat

"Peran guru yakni memberi contoh menggunakan alat bantu belajar dan mengamati apakah siswa sudah mengerti pelajaran yang dipelajari," kata Lay Ay Ling dalam acara Sosialisasi Konsep Merdeka Belajar di Setiabudi, Kota Bandung, Selasa 28 Februari 2020.

Siswa juga diajarkan disiplin. Setelah menggunakan alat bantu belajar, siswa harus mengembalikan alat tersebut di tempatnya.

Lay Ay Ling juga memberi contoh kurikulum tingkat SD di luar negeri yang sesuai dengan konsep Merdeka Belajar. Di beberapa negara, ujian tidak diberikan kepada siswa kelas I dan II SD. Di Jepang, ujian mulai diberikan kepada siswa kelas V. Sementara di Singapura, siswa kelas I dan II bebas dari ujian.

Baca Juga: Jangan Cemas, Berikut Imbauan Cara Cegah Penularan Virus Corona ala Dinkes Sukabumi

Siswa kelas I dan II pun hanya diberi pelajaran matematika dan bahasa. Untuk siswa kelas III, IV, dan V diberi tambahan pelajaran yakni IPA dan komputer.

Untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Indonesia bisa meniru kurikulum di Amerika Serikat. Konsepnya sama, yakni memberi kebebasan anak-anak untuk menentukan mata pelajaran apa yang dipelajari. Agar siswa bisa memilih, kurikulum negara itu menyediakan banyak mata pelajaran hingga 70 mata pelajaran.

"Anak-anak diberi kebebasan mata pelajaran yang mereka inginkan. Pelajaran wajibnya bahasa, matematika, IPA, tapi IPA bisa milih," ujar Lay Ay Ling.

Baca Juga: Ditanya Atta Halilintar Kapan Menikah, Aurel Langsung Beri Kode hingga Singgung Anak

Selain itu, jenis ujian dalam kurikulum di Amerika pun berbeda untuk setiap anak. Anak yang tidak mempunyai minat pada pelajaran tertentu diberikan ujian yang lebih mudah pada pelajaran itu. Sementara siswa yang berminat pada pelajaran itu, mendapat ujian pada level lebih tinggi.

Lay Ay Ling menyarankan pihak sekolah untuk meniru kurikulum belajar dari berbagai negara maju dalam menerjemahkan konsep Merdeka Belajar dari Kemendikbud. Jepang pun dulu meniru kurikulum negara-negara Eropa. Kini, Jepang sudah mampu menjadi negara maju dan menciptakan berbagai inovasi.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat