kievskiy.org

Masyarakat Jenuh, Awas Rumah Sakit Kembali Penuh

Warga bermain busa di Jogja Bay Water Park, Sleman, Yogyakarta, Sabtu 1 Januari 2022.
Warga bermain busa di Jogja Bay Water Park, Sleman, Yogyakarta, Sabtu 1 Januari 2022. /Antara/Andreas Fitri Atmoko

PIKIRAN RAKYAT - Padatnya pengunjung di sejumlah area wisata membuat para pengelola ekstra ketat menerapkan disiplin protokol kesehatan. Namun ada saja pengunjung yang mengabaikan pen­tingnya aturan pencegahan penularan Covid-19 itu.
 
Pakar kesehatan masyarakat Universitas Padjadjaran Deni Kurniadi Sunjaya menyebut, liburan panjang tidak dapat dijadikan patokan adanya lonjak­an kasus sepanjang protokol kesehatan dipegang teguh. Kunci­nya adalah pengawasan yang benar agar laju sebaran virus bisa ditahan.
 
Menurut Deni, semua pihak harus tetap berikhtiar membangun kesadaran ma­sya­rakat bahwa masker dan protokol kesehatan lainnya sudah jadi bagian kehi­dupan sehari-hari. Masyarakat harus memahami betul proses sebaran virus dan pecegahannya.
 
"Kami (peneliti) memprediksi sampai 2022 masih ada kasus baru. Karena setelah pandemi, virus Covid-19 akan menjadi ­endemik. Ini artinya Covid-19 terus ada," kata Deni.
 
 
 
Dua tahun pandemi telah membuat masyarakat jenuh dengan segala pembatasan. Ketika pemerintah melakukan pelonggaran, dimanfaat­kan untuk melepaskan penat.
 
"Daya tahan masyarakat untuk menahan diri tidak mendekati kerumunan, me­makai masker, sudah turun. Kewaspadaan mereka telah berkurang," ucapnya.
 
Menilik libur panjang ak­hir 2020, Deni menga­takan sempat terjadi lonjak­an yang cukup tinggi. Saat itu pun belum masuk masa libur panjang. Lonjakan itu disebabkan hal lain yaitu faktor psikososial masya­rakat.
 
"Mungkin kita sudah sering melihat, banyak orang yang tidak mempedulikan kerumunan baik di kota atau di desa. Bahkan kepercayaan masyarakat adanya Covid-19 terus meluruh," ujar Deni.
 
Deni menjelaskan, penyebab kelelahan itu bisa jadi karena aktivitas yang tinggi atau tidak adanya aktivitas. Terlalu lama kondisi seperti sekarang, kata Deni, mengetes daya tahan orang.
 
Mitigasi
 
Untuk mengawasinya, Deni mengatakan pemerintah daerah bisa mengguna­kan metode mitigasi bencana untuk mengetahui tingkat bahaya persebaran virus.
 
Con­tohnya dengan membuat testing acak di titik-titik kerumunan sehingga data langsung masuk ke rumah sakit atau dilaporkan ke puskesmas.
 
Pemerintah daerah bisa membuat indikator sendiri dengan melihat perilaku ma­syarakat, pengawasan ma­sya­rakat, sehingga daerah dapat menentukan tingkat bahayanya tanpa menunggu menjadi pasien.
 
 
Deni yakin, masyarakat mampu membangun kesa­dar­an pentingnya memperketat penerapan protokol kesehatan seperti memakai mas­ker, mencuci tangan de­ngan sabun, dan menjaga jarak.
 
Deni mengakui, dibutuhkan kerja keras untuk menumbuhkan kebiasa­an baru di masyarakat. Ada­nya vaksin juga tidak lantas mengendurkan penerapan protokol kesehatan.
 
Menurut Deni, menggunakan masker, menghindari kerumunan, menjaga jarak, dan mencuci tangan memakai sabun tetap menjadi pencegahan persebaran virus yang efektif.
 
Sementara itu, epidemiolog Universitas Islam Bandung Fajar Awa­lia Yulianto menuturkan, pandemi selama 2021 memang relatif terkendali.
 
Meski demikian, evaluasi dari tahun lalu sebaiknya dijadikan langkah awal untuk terus mengendalikan pandemi Covid-19.
 
 
Konsistensi
 
Untuk tahun 2022, kata Fajar, masyarakat harus bisa meneruskan usaha yang sudah dilakukan sebelumnya meski dengan sentuhan beberapa perubahan.
 
Sebab, wabah merupa­kan keadaan yang dina­mis. Karenanya, jangan alergi terhadap perubahan peraturan yang memang ditujukan untuk pengendalian wabah. Kon­sistensi kolaborasi pemerintah dan ma­syarakat perlu dipertahan­kan.
 
Fajar menuturkan, Covid-19 dikenal pandai bermutasi. Sehingga, tak heran ba­nyak yang memprediksikan di 2022 akan muncul varian baru lagi.
 
Fajar mengutara­kan, penerapan protokol kesehatan masih merupakan langkah yang konservatif tapi terbukti efektif dan bisa dilakukan.
 
Kegiatan luar ruangan juga berhubungan dengan prokes. Apabila bisa dilakukan da­ring (online) kenapa harus luring (offline).***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat