kievskiy.org

Mengenal Tirto Adhi Soerjo, Tokoh Pers yang Melawan Penjajah Lewat Tulisan

Tirto Adhi Soerjo.
Tirto Adhi Soerjo. /Tangkap layar Youtube.com/Data Fakta

PIKIRAN RAKYAT - Tirto Adhi Soerjo merupakan tokoh pers, tokoh kebangkitan nasional, serta pahlawan yang diberi gelar sebagai Bapak Pers Nasional. Sosok yang lahir dengan nama Raden Mas Djokomono ini adalah pendiri surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Priaji (1907-1912), Putri Hindia (1908), dan organisasi Sarekat Dagang Islam (Syarikat Islam).

Banyak orang mengenal Tirto Adhi Soerjo melalui novel sekaligus film karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Bumi Manusia, mengingat karya tersebut diciptakan berdasarkan kisah perjuangan dan kehidupan Tirto Adhi Soerjo melalui tokoh bernama Minke.

Tirto Adhi Soerjo adalah pendiri surat kabar Medan Priaji yang merupakan surat kabar nasional pertama yang terbit di Indonesia menggunakan bahasa Melayu (cikal bakal bahasa Indonesia). Medan Prijaji didirikan untuk menjadi corong mereka yang tertindas oleh sistem kolonial Hindia Belanda.

Siapa pun yang tertindas oleh sistem kolonial, tak peduli apa pun ras dan sukunya, akan dibantu dan disuarakan oleh Medan Prijaji. Koran itu memiliki slogan, "Suara bagi mereka yang terperintah".

Medan Priaji pertama kali terbit pada tanggal 1 Januari 1907 di Bandung. Hubungan baik yang dijalin oleh Tirto dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu, Van Heutz, mempermudah jalan bagi Medan Priaji untuk terus berkembang.

Meskipun cukup kontroversial pada zamannya, keberadaan Medan Priaji menarik perhatian pers di Belanda hingga berkesempatan untuk turut dipasarkan di Eropa. Bahkan, Medan Priaji juga disebut sebagai pelopor jurnalisme advokasi di Indonesia.

Lima tahun setelah didirikan, Medan Priaji mulai diterpa banyak masalah. Salah satunya yang paling fatal adalah masalah finansial.

Kondisi finansial Medan Priaji semakin memburuk setelah Tirto ditangkap dan diasingkan ke Ambon karena dituduh menghina Bupati Rembang, K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Menurutnya, Bupati Rembang menyalahgunakan kekuasaan dengan mengangkat anaknya untuk menggantikan jabatannya.

Pada tanggal 22 Agustus 1912, Medan Priaji akhirnya ditutup.

Baca Juga: Profil Van Gogh, Pelukis Jenius yang Tak Pernah Diapresiasi Sepanjang Hidupnya

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat