kievskiy.org

Penampakan Buaya Takuti Warga dan Nelayan Segara Anakan, Perahu dan Drone Dikerahkan untuk Pencarian

Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Tengah Resor Konservasi Wilayah Cilacap bersama nelayan Mitra Pilhut Nusakambangan barat dan timur, melacak keberadaan buaya muara di Segara Anakan.
Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Tengah Resor Konservasi Wilayah Cilacap bersama nelayan Mitra Pilhut Nusakambangan barat dan timur, melacak keberadaan buaya muara di Segara Anakan. /Dok. BKSDA Cilacap

PIKIRAN RAKYAT - Balai Konservasi Sumber  Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah Resort Konservasi Wilayah Cilacap bersama puluhan nelayan di Laguna Segara Anakan Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap melakukan pelacakan buaya muara yang diketahui muncul beberapa kali di permukaan.

Keberadaan  buaya muara yang terlihat oleh warga menyebabkan banyak nelayan ketakutan, mereka tidak berani untuk mencari ikan dan kepiting sebagai sumber ekonomi keluarga ratusan nelayan di Segara Anakan.

 Kepala Resort Konservasi Wilayah II Cilacap Dedy Rusyan mengatakan, pihaknya mengerahkan 70 orang untuk melacak keberadaan buaya muara.

Baca Juga: Disneyland Florida Kembali Dibuka Meski Masih Pandemi, Yakin Bisa Tekan Penyebaran Covid-19

"Tim yang berangkat terdiri dari anggota BKSDA dibantu nelayan Kampung Laut yang tergabung dalam Mitra Polisi Hutan Nusakambangan Barat dan Timur,  selama dua hari melakukan pelacakan buaya muaranya," terangnya.

Pelacakan dilakukan dengan mengerahkan dua perahu dan drone untuk memantau keberadaan buaya dari udara. Pencarian buaya dilakukan dengan menyusuri jalur utama Segara Anakan hingga anak alur perairan yang jumlahnya mencapai ratusan alur.

Pencarian dilakukan di Kawasan Segara Anak hingga  alur perairan menuju Gua Mas Sigit Sela, Kali Sentolo dan lainnya.

Baca Juga: Temukan Luka Lebam pada Jenazah Editor Metro TV, Polisi: Ada Dugaan Korban Dianiaya Dahulu

"Kami mendapatkan laporan buaya tersebut muncul terakhir di alur perairan menuju Gua Mas Sigit Sela.  Kami sudah menuju ke sana namun belum ketemu,"kata Dedy

Diakui untuk melacak seekor buaya di wilayah Laguna Segara  Anakan yang di antara tanah timbul cukup luas, arena hutan bakau yang rimbun cukup sulit.

Sebelumnya BKSDA turun karena ada pengaduan warga nelayan agar BKSDA turun untuk melakukan pencarian dan penangkapan terhadap binatang buas yang berkeliaran sepanjang perairan. Keberadaan buaya mengancam para nelayan.

Baca Juga: Gerindra Deklarasi ‘All Out’ Menangkan Azies Rismaya Mahpud di Pilkada Tasikmalaya

Pelacakan sekaligus survey dalam rangka upaya untuk mempertimbangkan kemungkinan penangkapan, juga mengetahui habitat dan populasi buaya di kawasan Segara Anakan.

Hal tersebut untuk menghindari terjadinya konflik antara warga Kampung Laut dengan buaya muara yang dulu merupakan habitatnya. Mengingat binatang tersebut merupakan salah satu binatang yang dilindungi

Dedy menambahkan. kawasan air payau dan mangrove memang menjadi habitat alami buaya. Di laguna dan hutan mangrove, buaya bisa memangsa ikan maupun hewan liar, semacam celeng.

Baca Juga: Mengenang Pengisi Suara Doraemon, Sempat Diganti tetapi Balik Lagi usai Diprotes Penonton

Meski muncul sejak tahun lalu tak pernah dilaporkan sekalipun buaya menyerang manusia.

Buaya pertama kali dilihat warga Kampung di depan Dermaga Pos TNI AL, Klaces. Lokasi itu sekaligus kompleks Pemerintah Kecamatan Kampung Laut.

Kemunculan buaya menjadi semakin heboh setelah diunggah oleh akun Facebook, Imam Suyanto. Sekretaris Kecamatan Kampung Laut Didik mengatakan  foto penampakan buaya tidak terlalu jelas karena karena jaraknya terlalu jauh sehingga tak bisa diperkirakan berapa besar ukuran si buaya.

Imam yang salah satu guru yang berdomisili di Desa Ujung Gagak Kecamatan Kampung Laut  menginformasikan warga disarankan untuk tak beraktivitas di lokasi sekitar penampakan buaya, yakni di pulau depan dermaga PosaL.

Didik menambahkan pihak Kecamatan sudah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengambil langkah lanjutan karena dikhawatirkan keberadaan buaya bakal membahayakan nelayan.

Tahun lalu Agustus 2019 lalu  seekor buaya betina sepanjang 4 meter dengan bobot 450 kilogram, ditemukan dua nelayan  terjerat jaring apung nelayan  nelayan yang ditebar di Segara Anakan pada alur sungai atau  Kali Gladakan, dalam kondisi mati.

Buaya muara termasuk  satwa yang dilindungi, karena populasi terus berkurang, pertumbuhan individu lambat serta  daerah penyebaran semakin terbatas dengan perkembangan permukiman. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat