kievskiy.org

Kekurangan di Tengah Endemi, Kabupaten di Papua Ini Pinjam Obat Malaria ke Daerah Tetangga

ILUSTRASI Obat-obatan.*
ILUSTRASI Obat-obatan.* /PIXABAY

PIKIRAN RAKYAT – Kondisi miris dialami sebuah kabupaten di Papua, Mimika, yang berstatus endemis malaria.

Di tengah endemi regional dan pandemi global Covid-19, kabupaten tersebut kekurangan stok obat malaria jenis primaquine.

Sedangkan, menurut data Kementerian Kesehatan, pemerintah pusat akan kembali memiliki cadangan primaquine pada 2021 nanti.

Baca Juga: Darahnya Muncrat, Jeremy Teti Akui karena Terlalu Banyak Minum Obat Pengencer Darah

Alhasil Pemerintah Kabupaten Mimika, pun terpaksa akan meminjam obat ke daerah tetangga, Kabupaten Paniai, lantaran persediaan obat mereka diperkirakan akan habis pada September 2020.

Dijelaskan Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob di Timika, sebagai daerah endemis, angka kesakitan malaria cukup tinggi hingga saat ini.

Ia mengatakan Pemkab Mimika melalui Dinas Kesehatan sudah lama mengajukan permintaan stok obat primaquine, namun di tengah situasi pandemi COVID-19 saat ini, pabrik yang menyediakan obat tersebut juga mengalami kesulitan bahan baku.

Baca Juga: Pecah Tangisan saat Dengar Vonis, Nikita Mirzani: Semoga Dipo Latief Bisa Terima Keputusan Hakim Ini

Di Mimika dan Papua pada umumnya, pasien terinfeksi malaria selain mengonsumsi obat primaquine (berturut-turut selama 14 hari pada jam yang sama) juga diberikan obat dehidro artemisinin pipraquine (DHP) Frimal (obat biru).

Primaquine merupakan obat yang digunakan untuk menangani atau mencegah penyakit malaria, penyakit yang disebabkan oleh parasit melalui gigitan nyamuk anopheles betina. 

Primaquine bekerja dengan menghambat pertumbuhan parasit penyebab malaria dalam tubuh. Primaquine juga digunakan untuk mencegah malaria kembali muncul.

Baca Juga: Pada Tahun 2100 Nanti, Tim Peneliti Ramal Populasi Dunia akan Alami Penyusutan yang Sangat Tajam

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Mimika Reynold Ubra mengatakan saat ini persediaan obat primaquine di Mimika tersisa 180 dus yang diperkirakan akan bertahan hingga September.

"Kami sudah mengonfirmasi ke Kemenkes ternyata bahan baku obat ini baru tersedia akhir tahun ini sehingga ketersediaan stok di pusat baru akan ada pada 2021. Tentu ini menjadi masalah bagi Mimika," kata Reynold, seperti Pikiran-rakyat.com kutip dari Antara.

Dinkes Mimika juga telah berkoordinasi dengan Dinkes Provinsi Papua, namun ternyata stok obat primaquine di Jayapura juga sudah mulai menipis.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat