kievskiy.org

Akses Jalan ke Masjid Al Jabbar Macet, Ridwan Kamil Beri Saran Berikut

Masjid Raya Al Jabbar.
Masjid Raya Al Jabbar. /Pikiran Rakyat/Hilmy Farhan

PIKIRAN RAKYAT - Sejak diresmikannya Masjid Al Jabbar, Jalan Cimincrang tampak selalu dipadati kendaraan, baik warga sekitar yang mau bepergian maupun warga yang akan mengunjungi masjid tersebut. Memiliki jalan yang kecil dan padat penduduk, Jalan Cimincrang tak dapat dihindari dari macet.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil pun mengimbau kepada masyarakat yang akan mengunjungi Masjid Al Jabbar untuk tidak selalu menggunakan akses masuk dari Jalan Cimincrang. Menurutnya masih ada beberapa jalan yang bisa dilalui untuk menuju masjid mewah tersebut.

"Akses masuk akan kita tambah jangan semua datang dari Cimincrang, silahkan datang dari Gedebage selatan," ujarnya.

Akses dari KM 149 Tol Purbaleunyi sedang dalam proses perbaikan. Sehingga saat perbaikan sudah selesai, pengunjung yang menggunakan kendaraan roda empat akan diarahkan melalui KM 149.

Baca Juga: Respons Keluhan Warga Soal Kondisi Masjid Al Jabbar, Ridwan Kamil Larang PKL Berjualan Sembarangan

"Jalan tol sedang dicek karena ada kerusakan. Jadi nanti kendaraan roda empat masuknya dari tol," sebut Ridwan Kamil.

Ia juga mengingatkan kepada pengunjung masjid untuk menjaga kebersihan, ketertiban, dan mengutamakan kegiatan ibadah sebelum beraktivitas.

"Imbauan kepada warga, mari jaga kebersihan dan ketertiban. Ingat ini tempat ibadah, rumah Allah, maka sholat dulu baru lainnya bukan lainnya dulu baru sholat," pesannya.

Larang PKL Berjualan Sembarang

Mantan Wali Kota Bandung itu masih melihat banyak Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menggelar lapak tidak sesuai dari tempat yang disediakan. Pihaknya memastikan mulai Sabtu 7 Januari 2023 mendatang akan dilakukan penertiban terhadap PKL yang masih berjualan di zona PKL.

"Mulai besok lusa penertiban akan dilakukan. Zona PKL itu sudah disiapkan, silakan dimanfaatkan, tapi tidak boleh seperti sekarang (berjualan tidak pada tempat yang disediakan)," ujarnya.

PKL yang berjualan pun diprioritaskan untuk penduduk sekitar masjid, namun setelah disidak, masih banyak PKL yang berasal dari luar dan tak berjualan di lokasi yang sudah disiapkan.

"Berdagang boleh, tapi diatur dan didahulukan untuk penduduk lokal, tapi setelah didata kebanyakan bukan penduduk lokal yang dadakan datang dari mana-mana," ujar Ridwan Kamil.

Baca Juga: Ridwan Kamil Lebih Pilih Bangun Masjid Al Jabbar daripada Transportasi Publik, Pengamat: Menguntungkan Politik

Menguntungkan Bagi Politik

Pengamat Tata Kota, Jejen Jaelani beranggapan pembangunan Masjid Al Jabbar sangat menguntungkan untuk membangun citra yang baik. Pasalnya dana sebesar Rp1 Triliun dapat digunakan untuk memperbaiki jalan dan membangun ruang publik yang dapat diakses masyarakat umum.

Jejen pun menyinggung soal citra dan identitas menangani pembangunan Masjid Al Jabbar tersebut.

"Tapi kita juga harus ingat di sisi pemerintah, saya kira secara simbolis, berkaitan dengan citra, berkaitan dengan identitas, kepentingan politik," katanya.

Menurutnya, membangun masjid dapat menguntungkan, jika ditanya mengenai pencapaian yang dilakukan saat menjabat, dapat dengan bangga menyebutkan membangun tempat yang khas dan mudah untuk diingat.

"Kalau memperlebar jalan orang lain sudah melakukan, itu kan hal yang rutin, tapi kalau membangun sesuatu yang megah, yang terlihat, ketika ditanya prestasi bisa menyebutkan membangun masjid dengan anggaran Rp1 T, dengan desain berbeda," katanya.

"Itu kelihatan secara citra untuk penguasa untuk politisi itu menguntungkan, untuk pemerintah secara citra juga menguntungkan," jelasnya.

Karena di dalam kultur Indonesia yang mayoritas beragama Islam, lanjut Jejen masjid dianggap pusat kehidupan dan rumah ibadah yang penting.

"Sehingga kalo ada yang membangun masjid wah itu citranya pasti positif walau masih ada kritik dari beberapa pihak, tetapi pasti masih dinilai positif ketimbang membangun transportasi publik," ujarnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat