kievskiy.org

Jalan Berbelit Atasi Bocor BBM Subsidi, DPR Singgung Kenaikan Harga

Petugas mengisi BBM kendaraan roda empat di SPBU Sultan Agung, Semarang, Jawa Tengah, Senin 19 Desember 2022.
Petugas mengisi BBM kendaraan roda empat di SPBU Sultan Agung, Semarang, Jawa Tengah, Senin 19 Desember 2022. /Antara/Aji Styawan

PIKIRAN RAKYAT - Rencana pemerintah membatasi pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi belum juga menjadi ­kenyataan. Alasannya, revisi Peraturan Presiden (Perpres) 191 Tahun 2014 yang tak kunjung usai. Padahal, jika ­sudah direvisi, Perpres itu akan menjadi landasan kuat untuk melakukan pembatasan sehingga distribusi BBM bersubsidi bisa tepat sasaran.

Pembatasan pembelian BBM ber­subsidi di awal-awal tahun 2022 sempat menjadi berita besar. Bahkan masyarakat sebagai konsumen dibikin heboh. Saat itu, peme­rintah tampak percaya diri akan membatasi pembelian khususnya jenis BBM khusus penugas­an (JBKP), yak­ni Pertalite dan solar.

Aplikasi My­Per­tamina pun sempat down akibat banyaknya masyarakat yang harus daftar agar bisa membeli BBM ber­subsidi. Namun, wacana tersebut me­nguap setelah pemerintah me­naikkan harga Pertalite dan menambah kuota JBKP Perta­lite, dari 23,05 juta kiloliter menjadi 29,91 juta kiloliter. Solar subsidi menjadi 17 juta kiloliter. Pa­da awal 2023, kuota Perta­lite ditambah lagi 2,6 juta kiloliter menjadi 32,56 juta kiloliter.

Ketua Badan Anggaran DPR RI Said Abdullah menilai nega­tif manuver pemerintah yang justru menaik­kan kuota Perta­lite dan solar di tengah kemampuan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang terbatas.

Baca Juga: Kemegahan Masjid Raya Al Jabbar Merupakan Keadilan dalam Kacamata Kecil Gubernur Jawa Barat

Said menganggap keputus­an pemerintah itu terkesan ge­gabah di tengah meka­nis­me penyaluran subsidi BBM yang masih longgar atau ti­dak tepat sasaran. Konse­ku­en­sinya, kuota yang ditambah justru menghabiskan alokasi subsidi dengan tidak terukur.

“Kalau hanya main di kuota, kita meneruskan pemba­kar­an uang melalui oil energy yang lebih besar, tetapi dam­paknya tidak menyasar ke kelompok sasaran,” katanya.

Ia menyarankan agar pemerintah fo­kus pada perbaikan ­meka­nisme pemberian ­subsidi.
Dia meminta, solar dan Pertalite difokuskan untuk sepeda motor di bawah 250 cc, kendaraan umum, ojek online, serta pelaku usaha mik­ro, kecil dan nelayan.

“Penambahan kuota Pertalite dan solar tidak menyelesai­kan persoalan mendasar subsidi. Sebab yang seharusnya ditempuh adalah mengubah kelompok sasaran penerima subsidi solar dan Pertalite,” katanya, seperti dilaporkan kontributor “PR” Satrio Wi­dianto, Senin 9 Januari 2023.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat