PIKIRAN RAKYAT – Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kota Surakarta mengalami peningkatan yang pesat hingga membuat masyarakat mengeluhkannya. Tak tanggung-tanggung, kenaikan PBB hampir dua kali lipat dari sebelumnya.
Warga Solo kemudian berbondong-bondong mengeluhkan kenaikan PBB tersebut ke pusat keluhan di Unit Layanan Aduan Surakarta (ULAS). Salah seorang warga Kadipiro bernama Siti Rahayu mengaku tak sanggup dengan kenaikan PBB yang sangat tinggi.
Menurut Sri Rahayu, pengasilannya selama setahun, tidak bisa untuk membayar PBB yang dikenakan padanya. Pasalnya, PBB Sri Rahayu naik lebih dari setengah jika dibandingkan dengan sebelumnya.
“Mas Gibran saya tinggal di rumah peninggalan orangtua serasa ngontrak. Nilai pajak yang terlalu besar disbanding penghasilan saya dan kebutuhan saya. Sebelumnya 1 tahun sekitar Rp5,6 juta, sekarang Rp14,2 juta. Saya dengan penghasilan kotor Rp3 juta, opo ya mampu?” ucap Siti.
Baca Juga: Serangan ke Warga Palestina Meningkat Tajam, PBB Prediksi Pemberontakan Skala Besar
Selain kenaikan yang cukup besar, warga Solo lainnya mengeluhkan tidak ada sosialisasi terlebih dahulu. Hal itu membuat masyarakat kaget dan tidak siap jika diminta membayar dua kali lipat, terutama bagi Kelurahan Jajar, Laweyan.
“Mas Wali, ini saya cek PBB 2023 rumah saya naik drastic dari Rp600.000 jadi Rp1 juta. Saya cek lewat aplikasi Solo Destination, naiknya tinggi sekali, dan tanpa ada sosialisasi,” ucap warga Kelurajan Jajar itu.
Penyebab kenaikan PBB Kota Solo
Menanggapi banyaknya keluhan soal kenaikan PBB, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menyebut ada sejumlah faktor yang mengakibatkan pajak tersebut naik. Dia menyebut stimulus PBB pun juga ikut naik seiring dengan kenaikan pajak.
“Naiknya tinggi, stimulusnya tinggi juga. Kalau pengin ada ‘request’ (permintaan) pengurangn, diskon, bisa,” kata Gibran.