kievskiy.org

Save the Children: Tantangan Terbesar Disabilitas untuk Kerja Adalah Dukungan Orangtua

Ilustrasi penyandang disabilitas.
Ilustrasi penyandang disabilitas. /Pixabay/Gerd Altmann Pixabay/Gerd Altmann

PIKIRAN RAKYAT - Kesulitan anak disabilitas untuk memasuki dunia kerja bukan hanya karena faktor perbedaan kemampuan (different ability) yang mereka miliki, ada pula faktor orangtua, sekolah, pemerintah, serta dunia usaha yang juga memberikan tantangan lain bagi anak-anak disabilitas saat mempersiapkan diri untuk mandiri secara ekonomi.

Pada Juni 2022, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menyebutkan bahwa angka kisaran anak disabilitas usia 5-19 tahun adalah 3,3 persen. Sedangkan jumlah penduduk pada usia tersebut (2021) adalah 66,6 juta jiwa. Jumlah anak usia 5-19 tahun yang menyandang disabilitas berkisar 2.197.833 jiwa.

Kemudian, data Kemendikburistek pada 2021 menunjukkan jumlah peserta didik pada jalur Sekolah Luar Biasa (SLB) dan inklusif adalah 269.398 anak. Artinya, baru 12,26 persen anak disabilitas yang mengecap pendidikan.

Bukan hanya pemerintah baru memfasilitasi sedikit sekali anak disabilitas, pendidikan formal SLB pun dinilai belum mempersiapkan anak disabilitas menjadi anak yang siap kerja. Belum lagi, orangtua yang cenderung sangat protektif kepada anaknya.

Baca Juga: Mensos Pastikan Keberadaan SKA Jadi Terobosan Para Penyandang Disabilitas

"SLB tidak dipersiapkan mencetak tenaga kerja, tapi setelah lulus, SLB diharapkan bisa mandiri secara ekonomi. Dan saat mereka berada di lingkungan masyarakat, mereka pun harus berkompetisi dengan yang nondisabilitas," ujar Evie Yulianti, saat Program Manager Save The Children (STC) Indonesia, pada workshop Jurnalis Sahabat Anak di Bandung, 10 Maret 2023.

Kurikulum itu dikatakannya tidak cocok untuk mempersiapkan anak disabilitas memasuki dunia kerja. Bukan hanya hard skill, anak disabilitas juga harus dipersiapkan dengan soft skills.

Evie mengatakan, dalam programnya, Save The Children melatih para guru di beberapa SLB untuk bisa mengajarkannya ke anak-anak melalui 5 modul. Di antaranya bagaimana supaya anak-anak bisa membuat tujuan, bisa berkomunikasi, mengelola emosi, dan lainnya, sesuai tipe disabilitas anak.

"Tetapi tantangan terbesar adalah kesadaran orangtua, bagaimana supaya orangtua mendukung anaknya bekerja, saat mulai PKL, magang, atau saat sudah formal bekerja," ujar Evie.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat