PIKIRAN RAKYAT - Dukungan dari banyak partai terhadap salah satu pasangan calon (paslon) kuat pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) memicu munculnya perlawanan dari kotak kosong sehingga berpotensi adanya paslon 'boneka' demi tak melawan kotak kosong.
Pilkada memiliki sisi positif dan negatif. Melalui Pilkada langsung, masyarakat memang bisa dengan mudah memilih calon pemimpin mereka secara langsung.
Pilkada langsung juga membuka ruang yang lebih luas kepada siapapun untuk bisa maju dan bertarung dalam kontestasi politik.
Baca Juga: Kisruh Lionel Messi dengan Barcelona Semakin Berlarut-larut, La Pulga Tinggalkan Latihan Blaugrana
Akan tetapi, ruang lebar itu tampak semakin sempit sekarang, pasalnya semakin beratnya syarat maju via jalur perseorangan menjadi hambatan. Syarat dukungan via jalur perseorangan berkisar 6,5 hingg 10 persen dari total pemilih.
"Ini dikhawatirkan akan menutup peluang calon lain yang mungkin berkualitas dan memiliki kemampuan menjalankan pemerintah," ujar Pengamat Politik dari Universitas Padjajaran, Idil Akbar, seperti dikutip dari Warta Ekonomi pada artikel "Isu Calon Boneka di Pilkada Solo, Pengamat: Sama Saja Tipu Rakyat," dengan sindikasi berita dari Sindonews.
Ada satu fenomena baru, parpol sering secara bergerombol mendukung salah satu pasangan calon (paslon) yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi. Tentu saja, kekuatan finansial yang besar.
Baca Juga: Belum Pernah Dapat BLT? Ini Cara yang Bisa Dilakukan untuk Mendapatkan Bantuan dari Pemerintah
Praktik ini yang membuat muncul pilkada dengan calon tunggal. Ini memang diperbolehkan, tapi membuat masyarakat tidak punya banyak pilihan, paslon yang diusung parpol melawan kotak kosong.