kievskiy.org

Pakar Pertanian Sebut Gandum Akan Jadi Makanan Pokok Orang Indonesia pada 2045

Ilustrasi ladang gandum.
Ilustrasi ladang gandum. /Reuters/Rodolfo Buhrer

PIKIRAN RAKYAT - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santoso, berharap PDI Perjuangan (PDIP) meletakkan petani di posisi puncak piramida pasok pangan. Menurut Dwi, dengan begitu, PDIP bisa mewujudkan kedaulatan pangan dengan memutus keran impor.

Hal itu disampaikan Dwi Andreas dalam diskusi publik bertajuk “Inovasi Teknologi dan Kebijakan Politik-Ekonomi untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan" yang digelar di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa 19 September 2023. Diskusi ini digelar dalam rangka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Keempat PDIP.

Dwi Andreas mengatakan, impor terbesar Indonesia saat ini adalah gandum. Dia mengajak semua pihak bisa menghilangkan impor tersebut. Di sisi lain, menurut Dwi Andreas, pada dekade 1970-an, impor pangan pokok Indonesia hanya 4 persen, kemudian 2018 meningkat 18,3 persen, lalu 2022 mencapai 28 persen.

“Sebagian besar pangan pokok kita dari gandum atau produk turunan gandum. Dan perkiraan saya, 2045 hampir 50 persen pangan pokok kita adalah gandum. Jadi, ini persoalan yang sangat serius yang harus kita atasi. Jadi, semangat untuk memangkas impor untuk menurunkan impor harus menjadi semangat PDI Perjuangan. Bagaimana itu bisa tercapai,” tutur Dwi.

 Diskusi tentang Inovasi Teknologi dan Kebijakan Politik-Ekonomi Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan yang digelar PDIP.
Diskusi tentang Inovasi Teknologi dan Kebijakan Politik-Ekonomi Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan yang digelar PDIP.

Baca Juga: PDIP Anggap Wajar Jokowi Pamer Data Intelijen Arah Tiap Parpol

Dwi mengatakan, potensi menutup keran impor komoditas kedelai juga besar. Namun, faktanya, kata Dwi Andreas, jaringan petaninya memiliki biaya produksi kedelai Rp10-13 ribu per kilogram. Sementara itu, harga kedelai yang didapat di Tanjung Priok hanya Rp7 ribu, meski harganya fluktuatif.

Dwi Andreas pun mendapatkan pertanyaan dari jaringan petaninya bahwa untuk apa menanam kedelai jika kacang hijau di tingkat petani itu mencapai Rp18-Rp20 ribu. Dwi Andreas pun menyampaikan mengapa harga kedelai Indonesia hancur. Hal itu dimulai pada 2000, di mana impor kedelai dari Amerika Serikat di angka Rp1.500. Sementara biaya produksi kedelai di petani Indonesia ialah Rp2.500.

“Itu yang menyebabkan hancurnya program kedelai kita sampai sekarang,” ucapnya.

Baca Juga: PDIP Gelar Diskusi Pangan, Pakar Kritik Pemerintah yang Belum Wujudkan Kedaulatan Pangan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat