kievskiy.org

Apakah Nyamuk Wolbachia Sebabkan Radang Otak? Begini Kata Guru Besar UI

Ilustrasi. Guru Besar UI menjelaskan apakah nyamuk Wolbachia berbahaya atau tidak.
Ilustrasi. Guru Besar UI menjelaskan apakah nyamuk Wolbachia berbahaya atau tidak. /Pikiran Rakyat/Satira Yudatama

PIKIRAN RAKYAT - Langkah pemerintah dalam menekan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan menyebarkan nyamuk aedes aegypti yang telah berbakteri Wolbachia secara nasional, memicu kontroversi hingga penolakan di beberapa tempat. Guru Besar Ilmu Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Prof. Anom Bowolaksono, Ph.D., menjelaskan, bakteri Wolbachia tidak menginfeksi manusia dan merupakan bakteri alami yang terdapat di dalam tubuh serangga, termasuk nyamuk.

Selain itu, di beberapa negara seperti Australia dan Singapura, inovasiu ini efektif menekan laju kasus DBD. "Masalah bagi manusia adalah bagaimana menurunkan angka penderita DBD. Sampai saat ini, penyakit DBD masih belum ada obatnya, maka dari itu, salah satu alternatifnya adalah memutus rantai vektor dengan cara menekan populasi nyamuk pembawa virus dengue," kata Prof. Anom, Kamis, 30 November 2023.

Anom mengatakan, wabah atau penyakit harus dilihat dari jumlah vektor dan jumlah penderitanya. "Jika jumlah vektornya turun, maka penyakit tidak akan tertular dengan baik dan berujung pada penurunan angka penyebaran,” ujarnya. Dia menuturkan, berdasarkan penelitian, bakteri Wolbachia mampu mengurangi kapasitas nyamuk dengan menyasar pada jaringan reproduksi.

Bakteri Wolbachia pada hewan jantan membuat nyamuk menjadi lebih feminin dan tidak bisa menghasilkan spermatozoa. Begitu pun pada hewan betina, Wolbachia akan menyerang jaringan reproduksi dan menyebabkan nyamuk betina tidak bisa bertelur.

Nantinya, nyamuk menjadi tidak berkembang dan tidak mampu menularkan virus dengue pada manusia yang terkena gigitan.

Anom juga menjelaskan, nyamuk yang berbakteri Wolbachia ini tidak ada kaitannya dengan penyakit radang otak atau Japanese encephalitis, seperti yang belakangan ini banyak menjadi perbincangan di media sosial.

“Penyakit radang otak Japanese encephalitis memang disebarkan oleh nyamuk. Namun, nyamuk yang menyebarkannya atau sebagai vektornya adalah nyamuk Culex. Sedangkan, yang diinfeksi bakteri Wolbachia di negara kita ini adalah nyamuk Aedes aegypti," tuturnya.

Hal ini pun telah ditegaskan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Maxi Rein Rondonuwu. Ia memastikan, penyebaran nyamuk Wolbachia aman.

Inovasi itu juga telah melalui kajian dan analisis risiko dengan melibatkan peneliti top di Indonesia. Ia juga menyampaikan bahwa dalam pelaksanaannya tetap memerlukan monitoring dan evaluasi secara berkala. Sehingga, dapat terus memantau dan mengetahui perkembangan dari penyebaran nyamuk Wolbachia.

Dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR RI, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, terdapat 5 kota yang direncanakan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam penyebaran nyamuk Wolbachia ini yaitu Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang. Wilayah tersebut menjadi sasaran uji coba didasari laju kasus dengue yang relatif tinggi yakni di atas rata-rata global mencapai 10 per 100.000 populasi.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat