kievskiy.org

Mengenal Peran Panelis dalam Debat Capres-Cawapres dan Batasannya

Ketiga pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar berkumpul di KPU untuk menentukan nomor urut.
Ketiga pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar berkumpul di KPU untuk menentukan nomor urut. /Antara/Galih Pradipta.

PIKIRAN RAKYAT – Debat capres dan cawapres umumnya digelar dengan dua format. Pertama, melibatkan moderator atau fasilitator yang bertugas menjaga lalu lintas penyampaian visi dan tanya jawab. Dalam format ini, capres dan cawapres memaparkan visi dan misi serta program kerja, kemudian secara acak audiens bertanya tentang gagasannya.

Format kedua, memanfaatkan panelis untuk mengajukan sejumlah pertanyaan. Debat dengan format ini dianggap lebih terarah karena pertanyaan dikendalikan oleh panelis.

Peran panelis dalam format kedua teramat penting. Berikut rincian tugas panelis dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan sepanjang debat:

Panelis menjadi kepanjangan tangan publik dalam mengorek berbagai hal tentang para kandidat. Panelis harus bisa mengejar jawaban yang disampaikan capres dan cawapres untuk mendapatkan ketegasan mereka terhadap sebuah isu.

Pertanyaan yang diajukan penulis tidak boleh bertujuan untuk menguak tingkat pengetahuan para calon. Pertanyaan tersebut harus relevan dengan permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat.

Saat para calon memberikan jawaban atas pertanyaannya, panelis bertugas mengeksplorasi lebih mendalam mengenai jawaban-jawaban yang bersifat normatif. Panelis juga diperbolehkan untuk bertanya lebih intens terkait jargon yang diusung setiap paslon.

Sementara untuk mengetahui aliran atau platform politik calon, panelis bisa mengajukan pertanyaan yang kontroversial di masyarakat.

Khusus pertanyaan terkait program yang diusung calon, panelis harus bertanya tentang hal yang membedakan program tersebut dengan program serupa yang diusung calon lain, keunggulannya, dan cara mengimplementasikannya.

Agar debat dapat berjalan dan calon tidak merasa dipermalukan, panelis harus menyampaikan pertanyaan dengan sederahana dalam bahasa yang mudah dipahami. Poin ini juga penting bagi publik agar tidak mengalami kesulitan saat mengikuti debat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat