kievskiy.org

Strategi Kontroversial Anies Baswedan: Sosok Intelektual yang Suka Nonton One Piece

Capres nomor urut 1, Anies Baswedan.
Capres nomor urut 1, Anies Baswedan. /Antara/Muhammad Izfaldi

PIKIRAN RAKYAT - Capres nomor urut satu, Anies Baswedan memiliki akun TikTok yang penuh dengan cuplikan konten yang dibuat sehari-hari pada saat menjalani aktivitas dan berkampanye. Beberapa di antara video TikTok itu memperlihatkan dia ketika sedang menjawab pertanyaan atau berpidato di acara publik.

Akan tetapi, ada juga video-video yang dikemas dengan gaya santai atau bahkan menggunakan unsur yang sedang populer di aplikasi tersebut. Salah satunya menggunakan audio 'gwenchana' yang kerap kali dibarengi dengan video orang menangis tersedu-sedu.

Dalam video tersebut, dia dan wakilnya, Muhaimin Iskandar, berdiri di atas kerumumnan massa dan terlihat ceria tapi 'menahan rasa sakit'. Ada pula sebuah unggahan TikTok yang paling banyak ditonton, yaitu video yang memperlihatkan Anies Baswedan bermain 'selepet sarung' bersama Muhaimin Iskandar saat berkunjung ke pesantren.

Pria yang akrab disapa Cak Imin itu tengah menjelaskan 'tiga fungsi sarung' dalam santri, sebelum menyelepet Anies Baswedan sambil tertawa iseng.

Peneliti BRIN, Nina Andriana menilai citra yang ingin dibangun tim Anies Baswedan adalah citra yang identik dengan intelektualitas yang membumi dan juga tidak ketinggalan zaman.

"Packaging intelektual yang berpikir secara teratur berdasarkan pengalaman, itu yang saya baca, branding itu yang sedang dibangun oleh timnya Pak Anies," ucapnya.

Miliaran Rupiah untuk Iklan

Berdasarkan data dalam Meta Ad Library, iklan-iklan media sosial yang berasal dari akun-akun yang terafiliasi dengan Anies ataupun Anies-Muhaimin (Amin), di antaranya Unboxing Anies, Aksi Tanggap Anies, dan Suara Anies, membutuhkan biaya Rp1,05 miliar.

Juru bicara Anies Baswedan, Angga Putra Fidrian mengaku bahwa akun-akun tersebut merupakan media sosial yang dibuat oleh para relawan pendukung Anies Baswedan, bukan tim kampanye.

"Sejauh ini dari tim kampanye memang belum investasi ke media sosial, itu hitungannya kalau sebulan itu sebelum kampanye terbentuk. Tapi memang justru kita mendorong orang-orang massa organik untuk munculkan konten sendiri," tuturnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat