/photo/2024/01/04/357759226.jpg)
PIKIRAN RAKYAT - Calon wakil presiden nomor urut 3, Mahfud MD, menceritakan pengalamannya berguru dengan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Ahmad Syafii Maarif alias Buya Syafi'i, dan seorang cendekiawan Nurcholish Madjid atau Cak Nur tentang keislaman dan ke-Indonesiaan.
Menurut Mahfud MD, mereka adalah tokoh-tokoh Islam terkemuka dan selalu mengajak persatuan bangsa. Mahfud mengatakan, dari para tokoh itu, dia mendengar istilah "Keislaman" dan "Ke-Indonesiaan".
"Sebagainya keislaman dan ke-Indonesiaan itu bukan hanya melahirkan toleransi, tapi lebih dari itu adalah akseptasi (penerimaan). Kalau toleransi mungkin, ya, sudah kamu mau begitu, ini saya biarkan," kata Mahfud ketika memberi sambutan di acara Konser Lilin Putih bertajuk 'Indonesia Damai Indonesian Lebih Baik' di Balai Sarbini, Jakarta, Rabu, 3 Januari 2024 malam.
Namun, di sisi lain, Mahfud mengungkapkan, ketika dia berbicara tentang keislaman dan ke-Indonesiaan, dia kerap dituding seakan-akan ingin menjadikan Indonesia negara Islam.
"Karena ada yang menyalahpahamkan, sekejap memelesetkan ketika saya bicara keislaman dan ke-Indonesiaan, itu seakan-akan mau menjadikan Indonesia negara Islam. Justru tidak," tuturnya.
"Justru Islam, umat Islam, melebur ke dalam sebuah bangsa dan tidak boleh berkiblat ke Timur Tengah. Ini adalah Indonesia, ini adalah negara kita," katanya menyambungkan.
Acara Konser Lilin Putih dihadiri Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres PDI Perjuangan (TKRPP-PDI Perjuangan) Ahmad Basarah, Ketua Badan Kebudayaan Nasional Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (BKN PDIP) Aria Bima, Dewan Penasihat TPN Ganjar-Mahfud, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid hingga mantan Menteri Agama (Menag) RI, Lukman Hakim Saifuddin.***