kievskiy.org

Whataboutism: Teknik Kaburkan Fakta lewat Isu Lain, Dipakai Jokowi dan Donald Trump

Ilustrasi whataboutism, propaganda yang pernah dipakai Jokowi dan Donald Trump.
Ilustrasi whataboutism, propaganda yang pernah dipakai Jokowi dan Donald Trump. /Unsplash/Hunters Race

PIKIRAN RAKYAT – Simak penjelasan Whataboutism yang merupakan salah satu teknik propaganda. Praktik ini terkadang dipakai seseorang saat mengungkap sesuatu di depan publik atau saat berbincang dengan lawan bicara.

Ternyata Jokowi dan Donald Trump pernah melakukan hal tersebut saat momen berbeda, teknik Trump kadang dipakai saat dirinya saat menjabat Presiden AS 2016-2020 Pengertian mengenai istilah itu bisa diketahui lewat penjelasan para ahli berikut.

Apa itu Whataboutism?

Whataboutism adalah teknik berargumentasi dengan membelokkan tuduhan atau pertanyaan sulit. Itu artinya teknik tersebut dipakai bukan untuk mengklarifikasi atau menjawab pertanyaan, melainkan untuk mengalihkan pembicaraan.

Peneliti Filsafat dan Etika di Nottingham Trent University, Benjamin Curtis, mencontohkannya lewat peristiwa di dalam rumah. Saat seorang menuduh pasangannya berbohong, pihak yang dituduh justru menuduh balik lewat ucapan ‘kamu juga selalu berbohong padaku’, alih-alih mengklarifikasi apakah dirinya berbohong.

Istilah itu pertama kali muncul di media cetak tahun 1978, bermula dari surat pembaca dari Lionel Bloch kepada Guardian. Surat pembaca itu mengenai artikel yang terbit pada 18 Mei 1978 tersebut yang membicarakan taktik Uni Soviet.

"“Tuan,” tulis Bloch, “[artikel] utama Anda (yang berjudul) Timur, Barat dan Penderitaan Negara-negara yang Bertikai (terbit 18 Mei 1978), adalah bagian terbaik dari ‘whataboutisme’ yang pernah saya baca selama bertahun-tahun.” Dia selanjutnya mengecam penggunaan taktik ini sebagai “impor Soviet” yang digunakan oleh “pemikir progresif” untuk membela komunisme,” kata Benjamin Curtis, dilansir dari laman The Conversation.

Praktik Whataboutism kerap terjadi di media sosial, politik, dan dalam konflik sosial maupun internasional. Contoh yang bisa diketahui adalah saat Perdana Menteri Inggris tahun 2022, Boris Johnson, menanggapi kesalahan terkait urusan partai dengan mengalihkannya lewat tuduhan lain.

Benjamin Curtis menyatakan media sosial kerap kali memunculkan polarisasi politik yang kemudian menghadirkan whataboutism tersebut. Teknik ini ternyata sudah ada sejak 2.500 tahun lalu yang diajarkan para ahli di Yunani.

"Dalam beberapa situasi terbatas, hal ini mungkin merupakan taktik yang sah, misalnya, ketika penting untuk menyoroti bahwa orang yang melontarkan tuduhan memiliki bias. Namun, pada umumnya, meskipun orang yang melontarkan tuduhan tersebut adalah seorang munafik atau mempunyai standar ganda, hal ini tidak berarti bahwa tuduhan tersebut salah," kata Curtis.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat