kievskiy.org

Jusuf Kalla Prediksi Pilpres 2024 2 Putaran: Koalisi Baru Akan Menang

Capres nomor urut satu Anies Baswedan (kanan), capres nomor urut dua Prabowo Subianto (kiri), dan capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo beradu gagasan dalam debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu 7 Januari 2024.
Capres nomor urut satu Anies Baswedan (kanan), capres nomor urut dua Prabowo Subianto (kiri), dan capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo beradu gagasan dalam debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu 7 Januari 2024. /Antara/Aditya Pradana Putra

PIKIRAN RAKYAT - Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, sekaligus politisi senior partai Golkar, Jusuf Kalla memprediksi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 akan berlangsung dalam dua putaran.

Menurutnya, saat ini para paslon masih sulit untuk meraih kemenangan mutlak dalam satu putaran, apalagi melihat hasil survei yang selalu berdekatan.

Melihat hal ini, Jusuf Kalla pun menyebut koalisi baru di putaran kedua berpeluang memenangkan Pilpres 2024.

"Memang yang diperkirakan (pilpres) dua putaran. Kalau dua putaran itu tentu nanti akan koalisi baru lagi, dan koalisi baru ini yang akan menang. Kalau satu putaran bisa 85 juta suara itu tidak mudah," ujar Jusuf Kalla.

Baca Juga: Tolak Pindah dari Manchester United, Anthony Martial Janji Bakal Tobat jadi Duta Jalan Sehat

Lebih lanjut, saat ditanya soal kemungkinan penolakan hasil Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 mendatang, Jusuf Kalla blak-blakan hal itu bisa terjadi. Bukan tanpa alasan, JK menilai jika situasi makin buruk, masyarakat bisa mengerahkan kekuatan untuk menolaknya.

“Tergantung penyelenggaraan acara, kalau memang terjadi Pemilu yang tidak jujur, tidak adil, dan tidak demokratis, bisa terjadi penolakan,” ucap Jusuf Kalla.

Penolakan hasil Pilpres 2024 bukanlah hal yang mustahil. Mengingat hal serupa pernah terjadi di Indonesia, terutama di pengujung Orde Baru (Orba).

Baca Juga: Megawati Miris Pemilu Jadi Alat Elite Politik: Kekuasaan Itu Tidak Langgeng!

“Malah pengalaman kita tahun 1998, maka terpaksa diadakan Pemilu lagi dari 97 ke 99. (Negara luar) ikut membantu, untuk mereformasi akibat perilaku ini,” katanya menambahkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat