kievskiy.org

Prabowo: daripada Saya Jadi Presiden Lewat Jalan Kekerasan, Lebih Baik Saya Gak Jadi

Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto.
Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto. /GALIH PRADIPTA ANTARA FOTO

PIKIRAN RAKYAT - Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto menilik kembali soal apa yang terjadi saat Pilpres 2019. Dari pesta demokrasi beberapa tahun lalu itu, Prabowo Subianto memetik pembelajaran bahwa kekerasan bukan merupakan jalan menuju kekuasaan.

Menurutnya, kekerasan justru akan memecah belah bangsa dan mengancam keutuhan NKRI. Hal itu disampaikannya dalam acara yang dihadiri relawan ETAS di Jakarta pada Senin, 22 Januari 2024 kemarin. 

“Waktu saya kalah (di Pilpres 2019), pengikut saya waktu itu sangat tegang. Banyak yang marah, ribuan sampai di Jalan Thamrin. Saya datang ke situ, banyak korban ketegangan,”  katanya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara pada Selasa, 23 Januari 2024. 

“Ada anak muda, dia kena gas (air mata), dia lihat saya, teriak 'Pak Prabowo kami siap mati untuk Bapak'. Saya shock. Saya bilang 'berhenti'.'Saya tidak mau kau mati untuk saya',” ujarnya. 

Baca Juga: Ganjar Pranowo akan Nyoblos di Lempongsari Semarang, Sempat Ajukan Pindah TPS

Usai kalah Pilpres pada 2019 itu, Prabowo Subianto pun memutuskan mengambil jalan rekonsiliasi. Menurutnya, keputusan itu merupakan hal terbaik.

“Saya waktu itu benar-benar berpikir daripada saya jadi presiden melalui jalan kekerasan, lebih baik saya gak jadi presiden,” ujarnya.

Selain pada Pilpres 2019, Prabowo Subianto juga kalah dalam memperebutkan kursi presiden pada periode 2014. 

Prabowo Singgung Jokowi

Prabowo Subianto menilai bahwa bangsa yang terpecah belah masih menjadi ancaman yang mengintai Indonesia. Namun, ancaman itu bisa diatasi oleh para pemimpin bangsa. 

Pasalnya, perang antara saudara atau konflik yang kerap terjadi, kata Prabowo Subianto, disebabkan oleh ego para pemimpinnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat