kievskiy.org

Hilirisasi: Andalan Kubu Prabowo-Gibran, Berisiko Ketergantungan terhadap China

Ilustrasi hilirisasi nikel yang digaungkan kubu Prabowo-Gibran, berisiko ketergantungan terhadap China.
Ilustrasi hilirisasi nikel yang digaungkan kubu Prabowo-Gibran, berisiko ketergantungan terhadap China. /Unsplash/Dominik Vany

PIKIRAN RAKYAT - Hilirisasi nikel yang digaungkan kubu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mempunyai risiko yang tidak bisa dipandang remeh. Hal ini diutarakan ekonom Mohammad Faisal dan Bhima Yudhistira.

Kata 'hilirisasi' cukup sering diisampaikan pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) baik saat debat maupun kampanye. Dampak hal tersebut ternyata bisa terjadi akibat ketergantungan.

Apa dampak hilirisasi bagi Indonesia?

Ekonom Bhima Yudhistira menyebut ekonomi China, andai bermasalah, akan menyebabkan penurunan angka investasi ke Indonesia. Volume perdagangan kedua negara bisa menurun yang menyebabkan neraca dagang, nilai tukar, dan cadangan devisa bisa tertekan. Proyek China, tak terkecuali nikel, di Indonesia akan terkena dampaknya.

"Kapasitas produksi smelternya bisa diturunkan perlahan. Lalu misalnya sudah sepakat mau ekspansi, mau bangun ini-itu, tiba-tiba enggak jadi," ujar Bhima, dilansir dari laman BBC Indonesia.

Sementara itu, ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core), Mohammad, Faisal, menyebut dampak ekonomi bagi Indonesia akibat hal tersebut bisa terjadi begitu cepat. Tanda-tandanya yakni turunnya realisasii investasi China dan Hong Kong.

China dan Hong Kong disebut mengalami penurunan realisasi investasi sebanyak 21,4 persen dibandingkan tahun 2022. Penyebabnya adalah pertumbuhan ekonomi China melambat 3 persen pada 2022 dari 8,4 persen tahun 2021.

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi China bakal terjadi dalam kisaran empat persen dalam dua tahun ke depan, diketahui angkanya sempat menyentuh 5,2 persen pada 2023 lalu.

"Saat ada ketergantungan besar, kalau terjadi sesuatu yang mengganggu perekonomian negara asal investasi tersebut, ini akan mengganggu kita juga dengan lebih kuat, lebih cepat," ujar Faisal, dilansir dari laman BBC Indonesia.

Penyebab lainnya adalah fokus China saat ini yang tengah menghadpi krisis properti. Aktivitas penanaman modal ke luar negeri diprediksi terhambat akibat ada kendala dalam negeri di China tersebut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat