kievskiy.org

Pembantaian Santa Cruz, Peristiwa Berdarah yang Pernah Terjadi Tahun 1991

Ilustrasi Pembantaian Santa Cruz di Dili, Timor Timur, pada 12 November 1991.
Ilustrasi Pembantaian Santa Cruz di Dili, Timor Timur, pada 12 November 1991. /Pixabay/bernswaelz

PIKIRAN RAKYAT - Pembantaian Santa Cruz atau Pembantaian Dili merupakan peristiwa berdarah yang terjadi di Permakaman Santa Cruz, Dili, Timor Timur, pada 12 November 1991, saat pendudukan Indonesia di Timor Leste. Tragedi itu membuat lebih dari 200 orang pengunjuk rasa pro-kemerdekaan Timor Timur meregang nyawa lantaran diberondong peluru TNI.

Sebanyak 271 korban jiwa dalam Pembantaian Santa Cruz. Tragedi berdarah itu merupakan pelanggaran HAM berat dan juga disebut sebagai bagian dari genosida di Timor Timur.

Peristiwa Pembantaian Santa Cruz itu diabadikan dalam video berjudul Cold Blood: The Massacre of East Timor oleh Max Stahl—aslinya bernama Max Christopher Wenner, Stahl merupakan nama gadis ibunya. Dia bahkan dinobatkan sebagai pahlawan nasional Timor Leste.

Lalu, bagaimana peristiwa pembantaian itu bermula? Bagaimana akhir dari peristiwa berdarah yang terjadi di Dili itu?

Kronologi Pembantaian Santa Cruz

Ilustrasi peluru senjata api.
Ilustrasi peluru senjata api.

Peristiwa pembantaian di Permakaman Santa Cruz itu tidak begitu saja terjadi, bermula dari kabar yang beredar di Timor Timur yang menyebut bahwa sebuah delegasi parlemen dari Portugal berniat berkunjung ke bumi Lorosae. Kedatangan mereka bahkan dikabarkan bakal diikuti 12 jurnalis internasional.

Niatan itu ditolak pemerintah Soeharto yang keberatan bila kunjungan itu diikuti oleh jurnalis. Para pemuda pro-kemerdekaan Timor Leste melakukan perlawanan, menyiapkan sambutan untuk menyambut delegasi Portugal itu, membikin spanduk sambutan di Gereja Motael Dili.

Walakin, intelijen Indonesia mengetahuinya. Pergerakan para pemuda itu terus diawasi TNI. Pada 27 Oktober 1991 malam waktu setempat, 'suar' itu menyalak, sekelompok provokator yang bekerja untuk intelijen Indonesia mengejek para pemuda itu dan  memancing keributan. Perkelahian pun pecah.

'Api' semakin berkobar saat pagi harinya, yakni 28 Oktober 1991, kala jasad aktivis Sebastiao Gomes ditemukan ada di dekat Gereja Motael. Hal itu memantik peristiwa lebih besar terjadi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat