kievskiy.org

Istilah Mudik Berasal dari Bahasa Melayu, Bagaimana Sejarahnya?

Ilustrasi arus mudik Lebaran 2024.
Ilustrasi arus mudik Lebaran 2024. /Dok Foto Jasa Marga

PIKIRAN RAKYAT - Sama seperti Lebaran, istilah mudik juga bukan berasal dari Bahasa Arah seperti istilah Ramadhan atau Idul Fitri kebanyakan. Faktanya, istilah mudik berasal dari Bahasa Melayu, udik, yang berarti hulu atau ujung.

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan aktivitas pulang ke kampung halaman. Mudik sudah menjadi tradisi di Indonesia yang dipakai umat Islam kala merayakan Learan di tanah kelahirannya bersama keluarga.

Namun, bagaimana asal-usul penggunaan kata udik menjadi mudik?

Antropolog UGM Prof Heddy Shri Ahimsa Putra menjelaskan bahwa zaman dahulu masyarakat Melayu yang tinggal di hulu sungai sering bepergian ke gilir menggunakan perahu atau biduk. Setiap kali urusannya selesai, dia kembali ke hulu pada sore hari.

"Konteksnya pergi ke muara dan kemudian pulang ke kampung. Saat orang mulai merantau karena ada pertumbuhan di kota, kata mudik mulai dikenal dan dipertahankan hingga sekarang saat mereka kembali ke kampungnya," kata Heddy dikutip dari situs resmi UGM.

Kapan istilah mudik mulai digunakan?

Istilah mudik mulai dikenal luas pada tahun 1970-an. Kala itu, pemerintah Orde Baru melakuka pembangunan besar yang menjadikan Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan sebagai kota besar. Pada akhirnya, orang-orang dari kota lain pindah ke kota besar tersebut untuk bekerja dan menetap. Pada momen Lebaran yang jumlah hari liburnya agak panjang, dipilih sebagai momentum mudik bagi mereka yang bekerja di kota dan kembali berkumpul dengan keluarga besar di desa.

"Di Amerika dan Eropa, warganya banyak pulang kampung saat perayaan thanksgiving atau perayaan Natal. Sementara di kita Idul Fitri," ujarnya.

Pamer Keberhasilan

Bagi sebagian orang, mudik tidak hanya menjadi momentum pulang kampung, tetapi juga ajang untuk memakerkan keberhasilannya di tanah perantauan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat