kievskiy.org

Sungai Tercemar, Tanggung Jawab Semua agar Tak Mewariskan yang Lebih Jelek

Ilustrasi sungai tercemar sampah.
Ilustrasi sungai tercemar sampah. /Pixabay/yogendras31

PIKIRAN RAKYAT - Sungai begitu berperan dalam kehidupan manusia, banyak yang memanfaatkannya untuk memperoleh air bersih. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, 66.636 desa/kelurahan di Indonesia memiliki sungai, 16.487 di antaranya tercemar limbah, mayoritasnya yakni 9.066 desa/kelurahan tercemar limbah rumah tangga.

Selain itu, 6.027 desa/kelurahan tercemar limbah pabrik/industri/usaha, 1.394 sungai tercemar limbah lainnya. Jawa Tengah menjadi yang tertinggi, yakni 1.083 desa/kelurahan.

Berdasarkan data BPS (2023), pada 2022 sebagian besar sungai di Indonesia tercemar. Dari 111 sungai, cuma 8,1 persen yang memenuhi baku mutu. Sungai yang berkualitas baik meliputi Sungai Batang Tebo Jambi, Sungai Temam dan Megang Sumatra Selatan, Sungai Baturusa Kepulauan Bangka Belitung, Sungai Sei Jago Kepulauan Riau, Sungai Kali Tengah Jawa Timur, Sungai Tukad Daya dan Tukad Balian Bali, dan Sungai Kali Mati Papua Barat.

Akademisi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional Bandung (Itenas) Iwan Juwana bilang, bila sungai bersih dan tidak ada polusi, maka terdapat manfaat yang sangat banyak yang bisa didapatkan.

"Ketika kita punya sungai yang tadinya baik, kemudian sekarang sangat tercemar, maka kita punya tanggung jawab untuk memastikan atau minimal berupaya keras bahwa kondisi yang kita terima dari generasi sebelum kita itu tidak kita wariskan lebih jelek," kata dia dalam dialog optimalisasi pengelolaan air, Rabu, 27 Maret 2024.

Solusi tepat atasi permasalahan ketersediaan air bersih

Ilustrasi sungai untuk kehidupan.
Ilustrasi sungai untuk kehidupan.

Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mego Pinandito memandang, pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan ketersediaan air bersih. Menurutnya, pertumbuhan populasi global, gangguan iklim, polusi air, dan ketimpangan akses terhadap air bersih memerlukan peralihan ke praktik pengelolaan air berkelanjutan.

Dia bilang, dengan memahami aliran air di dalam DAS dan menerapkan langkah-langkah seperti dataran banjir dan penyangga alami, maka dapat meminimalkan dampak banjir dan kekeringan. "Ini melindungi masyarakat, infrastruktur, dan lahan pertanian," tuturnya di Jakarta, medio Maret 2024.

DAS yang terkelola dengan baik mampu mendorong efisien biaya. Bahkan, menurutnya, optimalisasi penggunaan air juga bisa mengurangi kehilangan air akibat penguapan dan kebocoran.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat