kievskiy.org

Markas Judi Online di China dan Kamboja, Rakyat Indonesia Jadi Korban

Warga melihat iklan judi online melalui gawainya di Jakarta.
Warga melihat iklan judi online melalui gawainya di Jakarta. /Antara/Aprillio Akbar

PIKIRAN RAKYAT - Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Poengky Indarti, menyebut pusat operator judi online di luar negeri berada di China dan Kamboja. Karena sifatnya yang daring, maka dampak buruk dari judi online sangat terasa di Indonesia.

“Judi online yang markasnya di luar negeri, antara lain dari Cina dan Kamboja, tapi berdampak di Indonesia,” kata Poengky, Jumat, 21 Juni 2024.

Ilustrasi: Judi online
Ilustrasi: Judi online

Akan tetapi, Poengky membeberkan, markas pengendalian judi online tidak hanya berlokasi di dua negara tersebut, melainkan juga di Vietnam dan negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.

“Tidak hanya di 2 negara tersebut. Ada juga di tempat-tempat lain seperti di Vietnam dan di negara-negara Asia Tenggara lainnya,” tutur Poengky.

Lebih lanjut, Poengky menjelaskan, karena beroperasi secara online maka judi online mudah dikendalikan di mana saja termasuk dari luar negeri. Tak hanya itu, kata dia, operasional bisnis haram judi online juga dapat berpindah tempat apabila servernya sudah di take down oleh aparat penegak hukum setempat.

“Karena online inilah maka pengoperasian judi online mudah dilakukan di mana saja, termasuk di luar negeri seperti di Cina, Vietnam, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, serta mudah berpindah-pindah jika bisnis mereka ditake-down aparat penegak hukum,” ucap Poengky.

Pelajar dan Ibu Rumah Tangga habiskan Rp100 ribu sehari

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mencatat sebanyak 3,2 juta warga teridentifikasi bermain judi online. Para pemain judi online bertaruh lebih dari Rp100 ribu dalam satu hari. Atas temuan tersebut, PPATK telah memblokir 5 ribu rekening terkait judi online.

“Sudah ada 5 ribu rekening yang kita blokir dan dari 3,2 juta yang kita identifikasi pemain judi online. Rata-rata mereka bermain di atas Rp100 ribu. Hampir 80 persen dari 3,2 juta pemain yang teridentifikasi,” kata Koordinator Humas PPATK Natsir Kongah dalam acara diskusi daring bertema 'Mati Melarat Karena Judi', Sabtu, 15 Juni 2024

Lebih miris lagi, Natsir menyebut yang teridentifikasi bermain judi online adalah pelajar, mahasiswa, dan ibu rumah tangga. Menurutnya, sangat mengkhawatirkan seorang ibu rumah tangga bermain judi online. Sebab, uang yang seharusnya memenuhi kebutuhan rumah tangga malah digunakan untuk bermain judi online sehingga akan mengurangi asupan gizi untuk anak.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat