kievskiy.org

Mahasiswa UPI Bandung Lakukan PPL di Kinabalu

EMPAT mahasiswa UPI Bandung dengan latar belakang bidang pendidikan Seni Tari dan Seni Rupa menjalankan PPL di SIKK.*
EMPAT mahasiswa UPI Bandung dengan latar belakang bidang pendidikan Seni Tari dan Seni Rupa menjalankan PPL di SIKK.*

KINABALU, (PRLM).- Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), menjadi tempat mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Empat mahasiswa dengan latar belakang bidang pendidikan Seni Tari dan Seni Rupa menjalankan PPL di SIKK selama 2,5 bulan mulai bulan Februari 2016. Empat mahasiswa tersebut, Putri Rachmawati, Elia Nurih Saniati, Yopi Arifin dan Muhammad Anshory akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan akademiknya untuk memberi pelajaran dan pengetahuan secara profesional kepada anak-anak TKI yang bersekolah di SIKK. SIKK adalah Sekolah Indonesia yang saat ini memiliki hampir 800 orang murid, anak-anak WNI di Sabah, yang menuntut ilmu bagi masa depannya. SIKK diresmikan oleh dua Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, yaitu Menteri Muhammad Nuh yang meresmikan Sekolah tingkat SD dan SMP pada bulan Desember 2013 serta Menteri Anis Baswedan yang meresmikan Sekolah tingkat SMA pada bulan Desember 2014. SIKK juga menjadi sekolah induk bagi 210 buah sekolah terbuka (CLC) yang berlokasi di ladang-ladang sawit di seluruh Sabah. Total seluruh anak-anak yang menjadi murid dari SIKK dan CLC ini berjumlah hampir 24 ribu anak, sedangkan total guru-gurunya (guru lokal dan guru kiriman Diknas) berjumlah sekitar 400 an. Koordinator Fungsi Sosial Budaya KJRI Kota Kinabalu, Andhika B. Soepeno mengatakan bahwa jumlah guru yang ada saat ini masih sangat kurang. Ada banyak CLC di ladang sawit yang memiliki jumlah murid ratusan anak tetapi gurunya hanya 6-10 guru saja. Oleh sebab itu, bersyukur ada banyak Universitas dari Indonesia yang mengirimkan mahasiswanya melakukan PPL secara mandiri membantu menjadi guru bagi anak-anak WNI itu. Senada dengan ini, Konsul Jenderal RI Kota Kinabalu, Akhmad DH. Irfan mengatakan bahwa guru-guru yang ada saat ini bukan saja sedikit tetapi juga perlu di tambah dengan guru-guru yang memiliki mental dan fisik yang di atas rata-rata. Sebab mereka akan ditempatkan di ladang sawit terpencil dan mengajar anak-anak yang memiliki dasar pengetahuan yang terbatas sebab banyak yang lahir dan besar di ladang sawit di Sabah. “Ketika di ladang sawit, guru yang bersangkutan akan merasakan banyaknya keterbatasan sarana dan prasarana mengajar. Ditambah lagi dengan murid-murid yang beberapa hanya bisa berkomunikasi dalam bahasa melayu setempat yang sangat kental sehingga tidak mengerti jika diajar menggunakan bahasa Indonesia. Kesemuanya ini akhirnya memerlukan mental dan ketahanan fisik yang lebih baik dari rata-rata,” Kata Konjen Irfan. Kepada mahasiwa UPI, Konjen Irfan berharap agar selama PPL para mahasiswa dapat menularkan pengetahuan yang didapat dari kampus kepada murid-murid dan juga kepada guru-gurunya. “Banyak sekali guru lokal yang tidak dapat mengajar seni tari atau seni rupa Indonesia kepada murid-muridnya sebab guru yang bersangkutan lahir dan besar di Sabah dan apalagi beberapa guru di antaranya adalah Warga Negara Malaysia. Saya titipkan murid-murid di SIKK untuk masa depan yang lebih cerah dan tidak hilang seni dan budaya Indonesianya,” pungkas Konjen Irfan. Dalam kesempatan yang sama, mewakili teman-temannya, Putri Rachmawati seorang mahasiswa PPL dari UPI mengatakan bahwa sesuai dengan arahan dari kampus, dirinya beserta teman-temannya akan menjadi seorang guru di depan kelas secara profesional. Dia akan membantu memberikan pengetahuannya agar para anak-anak WNI di Sabah agar dapat mengurangi ketidaktahuan dan ketertinggalannya dari saudaranya anak-anak di Indonesia. Dia akan berusaha membantu agar anak-anak itu nantinya nantinya bisa tetap mencintai Indonesia sebagai bangsa leluhurnya.(KJRI Kinabalu/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat